Pemerintah Memulai Pembangunan Jalan Berbahan Plastik di Bali

Jam : 13:54 | oleh -131 Dilihat

Bali (ToeNTAS.com) – Pemerintah memulai pembangunan jalan raya menggunakan plastik yang dicampur dengan aspal di Jimbaran, Bali, Sabtu, 29 Juli 2017. Deputi bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kemenko Kemaritiman, Safri Burhanuddin, mengatakan teknologi ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia.

“Teknologi ini cukup mudah, semua bisa melakukannya,” kata Safri Burhanuddin dalam keterangan tertulisnya, Ahad, 30 Juli 2017.

Safri menuturkan pihaknya telah bekerja sama dengan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi), dalam mengantisipasi kekurangan limbah plastik yang akan digunakan sebagai campuran aspal. “Adupi di 16 kota telah berkomitmen kepada kami untuk sampah plastik di kota-kota itu.”

Teknologi jalan bermaterialkan aspal dan plastik ini ditemukan oleh seorang ilmuwan kimia dari India, Rajagopalan Vasudevan, pada tahun 2015. Hngga kini India telah membangun jalan sepanjang lebih dari 25 ribu kilometer dari aspal berbahan limbah plastik.

Pada Juni lalu, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Rajagopalan Vasudevan telah menandatangani nota kesepahaman untuk transfer teknologi dan penggunaan hak paten teknologi ini.

Safri berharap ke depannya bukan hanya Kementerian PUPR yang akan mengimplementasikan teknologi ini. “Hingga lingkup pedesaan pun bisa melakukannya dengan memanfaatkan dana desa misalnya,” ujarnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembang Kementerian PUPR, Danis Sumadilaga, mengatakan pihaknya sedang melakukan standardisasi teknologi ini. Ia menambahkan pihaknya akan membagikan modul pembangunan jalan bermaterialkan plastik ini kepada pihak yang ingin membangun hal serupa. “Untuk jalan besar atau jalan kecil.”

Menurut Danis pengujian penyusunan modul sedang berjalan. Ia menyatakan menurut hasil penelitian yang dilakukan lembaganya, di Indonesia dibutuhkan 2,5 ton sampah plastik untuk jalan sepanjang satu kilometer dengan lebar tujuh meter.

Danis menjelaskan untuk jalan dengan beban lalu lintas berat dibutuhkan dua lapisan plastik. “Sehingga kebutuhannya bisa mencapai lima ton,” ucapnya.

Danis mengungkapkan proyek jalan bermaterialkan plastik ini yang digunakan di Indonesia adalah sampah kantung plastik, karena sampah plastik botol sudah memiliki nilai ekonomi atau dapat dijual kembali.

Adapun menurut penelitian Balitbang Kementerian PUPR aspal yang menggunakan campuran bahan limbah plastik ini menghasilkan perkerasan jalan yang lebih kuat, lebih tahan lama, dan juga lebih murah.(tem.c/dul).-