Jakarta, ToeNTAS.com,- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak mengindahkan permintaan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang meminta lembaga antirasuah itu menghentikan pengusutan kasus korupsi proyek pengadaan e-KTP menyusul tewasnya saksi Johannes Marliem.
Juru bicara KPK Febri Diansyah menegaskan pengusutan terus berjalan untuk mengungkap kasus e-KTP yang ditaksir merugikan negara hingga Rp2,3 triliun.
“Kasus e-KTP akan jalan terus. Bahkan hari ini kami mulai mendakwa Andi Agustinus di Pengadilan Tipikor,” kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah saat dikonfirmasi lewat pesan singkat, Senin (14/8).
Febri menyatakan, proses penyidikan kasus yang sudah menjerat lima orang sebagai tersangka itu tak terganggu meski salah satu saksi meninggal dunia. Pasalnya, KPK sudah memiliki banyak barang bukti dalam mengusut proyek senilai Rp5,9 triliun.
“Bukti yang dimiliki KPK sejak awal ketika meningkatkan seseorang sudah kuat. Ada yang disebut bukti permulaan yang cukup, atau minimal dua alat bukti,” tuturnya.
Sejauh ini, kata Febri, lembaga antirasuah masih menangani dua orang, yakni Ketua DPR Setya Novanto dan anggota DPR dari Fraksi Golkar Markus Nari dalam tahap penyidikan. Sejumlah saksi pun telah diperiksa untuk dua tersangka itu.
“Ada dua tersangka juga yang sedang diproses,” tuturnya.
Fahri sebelumnya menyatakan kasus dugaan korupsi proyek pengadaan e-KTP seharusnya terhenti karena saksi kunci kasus tersebut, Johannes Marliem, meninggal dunia.
Menurut Fahri, saksi kunci merupakan penentu sebuah kasus bisa berlanjut atau tidak. Jika saksi kunci hilang, ia berkata, sebuah kasus harus dihentikan.
“Katanya (Johannes) saksi kunci, kalau hilang kasusnya juga hilang dong,” ujar Fahri di Gedung DPR, Jakarta.
Johannes Marliem adalah penyedia alat pengenal sidik jari atau automated fingerprint identification system (AFIS) ke konsorsium penggarap proyek e-KTP. Ia juga disebut menerima uang panas e-KTP sebesar US$14,8 juta dan Rp25,2 miliar. (det.c/Kris)
