Cara Orang Tua Menghadapi Anak Remaja yang Memasuki Masa Puber

Jam : 08:53 | oleh -788 Dilihat

Jakarta, ToeNTAS.com,- Berbicara mengenai pubertas dengan anak remaja adalah tugas yang menantang bagi kebanyakan orang tua. Biasanya, orang tua merasa terlalu tabu membicarakan beberapa masalah sensitif dengan anak-anaknya yang sudah memasuki masa puber.

Walaupun setiap orang dewasa pernah melewati masa puber yang alamiah ini, pada kenyataannya tidak semua orang tua mampu menghadapi perubahan yang terjadi pada anak remajanya. Selain butuh kesabaran dan pengertian, orang tua juga perlu membekali diri dengan berbagai informasi sehingga mampu memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai pubertas kepada anak-anak mereka.

Perubahan biologis
Masa pubertas setiap anak tidaklah sama. Pada umumnya masa pubertas pada anak perempuan terjadi di umur 8 sampai 14 tahun yang ditandai dengan menstruasi pertama. Tanda lain yang muncul adalah adanya perubahan pada pay*d*ra dan pinggul yang semakin membesar, tubuh menjadi lebih tinggi besar dan tumbuhnya rambut-rambut di daerah tertentu.

Sementara masa pubertas bagi anak laki-laki berkisar antara mulai umur 12 sampai 16 tahun yang ditandai dengan mimpi basah. Tanda lain yang muncul adalah pembesaran testis, pertumbuhan penis yang semakin membesar, perubahan suara dan tumbuhnya rambut-rambut di daerah tertentu.

Perubahan sosial dan psikologis
Pubertas tidak saja berpengaruh pada perubahan fisik tapi juga berpengaruh pada perubahan sosial dan psikologis anak remaja. Misalnya saja anak Anda yang biasanya mau dipeluk oleh Anda saat melepasnya memasuki gerbang sekolah setiap pagi, sekarang meminta Anda untuk “menjaga jarak” dengannya, terutama jika anak Anda berada disekitar teman-teman sekolahnya.

Tips Bagi Orang Tua menghadapi anak remaja yang memasuki masa puber

Anak remaja memiliki banyak pertanyaan saat masa pencarian identitas diri ini. Anak Anda akan mulai bertanya dan ingin mengenal lebih jauh mengenai rokok, kekerasan, minuman keras/alkohol, rasa cinta kepada lawan jenis, s*ks dan lain sebagainya.

Sangat penting bagi orang tua untuk mendapatkan kepercayaan anak saat perubahan ini terjadi. Bagaimanakah cara orang tua menyikapi perubahan pada anak remajanya ini ? Apa saja yang sebaiknya orang tua lakukan untuk membantu anak-anak mereka melewati masa transisi ini?

Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu Anda menghadapi anak remaja Anda yang sudah memasuki masa puber:

  1. Menjelaskan tentang perubahan fisik dan kesehatan reproduksi remaja
    Sebagai orang tua Anda bisa membantu anak untuk siap dengan perubahan biologisnya. Pastikan anak mendapatkan penjelasan mengenai perubahan yang terjadi pada bagian tubuhnya yang mungkin pada awalnya akan menyebabkan rasa ketidaknyamanan pada anak juga mengenai sistem, fungsi dan proses reproduksi. Jelaskan pada anak bahwa perubahan fisik terjadi secara alamiah terhadap setiap orang dan masa puber adalah bagian dari proses pertumbuhan.
  2. Orang tua sebagai sumber informasi utamaAnda sebagai orang tua sebaiknya adalah orang pertama yang menjadi tempat anak untuk bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pubertas. Anda harus siap menerima bahwa anak Anda telah melewati masa kanak-kanak, dan saat ini sudah memasuki masa puber, selanjutnya siap memasuki gerbang masa kedewasaan.

    Siapkan diri Anda dengan informasi mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan pubertas yang diperlukan oleh anak Anda. Informasi bisa diberikan dengan cara menceritakan ke anak pengalaman-pengalaman Anda pribadi dan membelikan buku-buku yang berkaitan dengan puber untuk anak remaja Anda.

    Jangan merasa sungkan menjawab pertanyaan anak mengenai sesuatu hal yang terkesan tabu untuk dibicarakan, misalnya, pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah . Anak remaja Anda yang masih labil saat ini membutuhkan petunjuk dan nasihat dari Anda mengenai hal tersebut. Semakin bertambah usia anak, semakin besar pula rasa keingintahuannya.

    Kehamilan usia dini dan penyakit menular adalah dua contoh kasus yang ditakutkan oleh para orang tua terjadi pada anak-anak remaja mereka. Hal tersebut biasanya terjadi karena orang tua lengah dan tidak ada, saat anak membutuhkan panutan atau arahan sementara godaan datang dari berbagai arah. Selain itu juga karena anak remaja pada umumnya belum memikirkan dengan serius resiko/konsekuensi tindakan yang dilakukan, serta belum bisa membedakan dengan baik antara cinta dan s*ks.

    Cinta adalah emosi yang dilandasi oleh rasa ketertarikan dan kasih sayang. Cinta terkadang sulit dijelaskan dengan kata-kata, dan cinta bukan berarti s*ks. S*ks adalah ekspresi rasa cinta dan kasih sayang dalam sebuah pernikahan (bukan diluar pernikahan).

    Jelaskan kepada anak remaja Anda pentingnya menghargai dan menjaga kehormatan dirinya. Hubungan s*ks adalah sebuah hal suci yang dilakukan antara dua orang yang saling mencintai pada saat yang tepat, yakni setelah memasuki lembaga perkawinan.

    Tentunya kenakalan remaja bisa dicegah bila Anda menyampaikan informasi yang tepat dan mudah dicerna oleh anak Anda. Dengan berbekal panduan yang logis dari Anda maka niscaya anak akan terhindar dari godaan yang dapat menghancurkan masa depannya. Mendapatkan penjelasan dari orang terpercaya, dalam hal ini Anda sebagai orang tua, tentu akan lebih baik bagi anak dibandingkan jawaban dari teman-teman sebayanya atau informasi bebas di internet.

  3. Pendidikan nilai agama dan moral sangat diperlukanDi jaman sekarang ini pergaulan anak remaja sangat bebas dan kadang diluar kontrol. Hal ini tentu tidak lepas dari pengaruh media seperti majalah remaja, film/program TV yang tidak mendidik, pengaruh ajakan teman sebaya serta godaan meniru gaya hidup tokoh idola remaja yang melenceng dari norma dan nilai sosial.
     Pendidikan agama sebaiknya dilakukan sedini mungkin yakni sejak anak masih kecil. Dengan begitu, orang tua sudah menyiapkan dan melatih daya serap anak agar kuat imannya sehingga terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dan memiliki kesiapan memasuki kehidupan sosial pada jenjang remaja.

    Sangat penting bagi anak remaja untuk memiliki benteng pertahanan berupa nilai/moral sebagai kontrol diri yang diperlukan bagi kehidupannya. Dengan begitu, anak dapat menahan diri untuk tidak terjerumus melakukan hal-hal yang tidak baik karena sudah mengetahui norma dan batasan dalam bergaul, juga mengetahui efek buruknya, baik dinilai dari segi kesehatan maupun rohani.

    Penanaman nilai-nilai agama yang kuat disertai juga beragam nilai-nilai moral dan norma yang berlaku di masyarakat diharapkan akan mampu menjadi benteng utama pertahanan anak terhadap berbagai macam pengaruh buruk dari luar, kapan dan dimana pun ia berada meskipun tidak berada di dekat orang tuanya.

  4. Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anakBiasanya kebanyakan orang tua memiliki rasa khawatir dengan perkembangan anak remaja, terutama bila melihat perkembangan jaman saat ini. Jagalah komunikasi dengan anak remaja Anda agar selalu harmonis sehingga ia terarah dengan baik.

    Komunikasi harus dilakukan dua arah, bukan sebagai orang tua Anda hanya memberi perintah dan nasihat saja. Tapi berikanlah kesempatan bagi putra putri Anda untuk mengemukakan pendapat dan menyampaikan pertanyaan berkaitan dengan hal-hal yang ingin diketahuinya.

    Pada usia puber, anak remaja cenderung memilih untuk mencurahkan isi hatinya dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri. Sebagai orang tua ada kalanya Anda perlu bersikap tegas kepada anak dan ada kalanya juga Anda perlu bersikap seperti sahabat bagi anak dengan menjadi pendengar yang baik ketika anak menyampaikan masalahnya.

    Cobalah untuk memahami isi hati dan perasaan anak dengan cara banyak meluangkan waktu bersama anak. Pembicaraan bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan terkesan santai seperti saat berbelanja atau makan siang bersama dengan anak Anda.

    Anda harus peka terhadap isu sensitif yang sedang dihadapi anak. Bila hal yang ingin dibicarakan adalah kehidupan cinta pribadi anak, maka Anda bisa memilih untuk membicarakan masalah tersebut di kamarnya, bukan di tempat umum.

    Yang terpenting adalah anak remaja Anda menyerap dengan baik pesan penting berupa nilai dan norma kehidupan yang diperlukan anak agar ia siap menghadapi tantangan di kehidupannya. Bila Anda mau terbuka dengan anak membicarakan apa saja, maka ketika anak Anda merasa bingung dan butuh teman bicara, ia akan berpaling ke Anda untuk mendapatkan arahan, bukan ke tempat-tempat lainnya yang belum tentu bisa memberikan pengaruh baik ke anak.

  5. Anak harus selalu menghormati Anda sebagai orang tuaDi usia ini terkadang anak-anak yang sudah melewati masa puber merasa bahwa diri mereka bukan anak kecil lagi, tidak suka diatur dan tidak memerlukan orang tua mereka. Percakapan dengan orang tua pada sebagian remaja sekarang hanya terkesan basa basi saja dan rumah diperlakukan seperti hotel (hanya untuk tempat menginap, makan dan minum). Remaja lebih senang menghabiskan waktunya bermain seharian bersama teman di luar rumah, melakukan percakapan atau sibuk mengirim pesan singkat lewat telepon genggam dan mengunci diri di kamar tidur.

    Sebagai orang tua Anda harus tegas dan meminta anak untuk tetap menghormati Anda. Hak dan kewajiban anak untuk membantu Anda tidak berubah dan jangan biarkan anak Anda berani berkata atau melakukan tindakan kasar kepada Anda.

    Ketidakstabilan emosi pada diri remaja merupakan hal wajar sebagai bagian proses pendewasaan diri. Anak menjadi lebih sering menentang perkataan orang tua dikarenakan kegalauan dan pertentangan dalam dirinya. Dalam hal ini, pengertian dan kesabaran orang tua sangat dibutuhkan untuk membantu anak mengatasi ketidakstabilan emosinya.

  6. Memberikan pilihan dan dukungan pada anakBila anak Anda berubah menjadi remaja yang menutup diri sesudah menginjak usia puber, ajaklah ia untuk berbicara terbuka dengan Anda mengenai masalah yang dihadapinya. Beberapa kemungkinan masalah yang terjadi adalah anak remaja Anda terkena depresi karena putus cinta, mendapatkan kekerasan fisik dari teman sebaya atau merasa minder karena bentuk tubuhnya. Yakinkan anak Anda bahwa apapun yang terjadi dengannya Anda akan selalu menyayangi, mencintai, memberikan perlindungan dan menerima anak apa adanya.

    Sebaiknya Anda tidak mendikte anak mengenai apa yang harus dilakukan dalam hidupnya. Tugas orang tua memang bertanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya sebaik mungkin. Tapi dengan mengatakan apa yang harus mereka lakukan maka Anda akan mengambil kesempatan anak untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang tangguh, matang, percaya diri dan dewasa dalam berpikir.

  7. Memberi anak privasi atau keleluasaan pribadiAda beberapa orang tua yang bersikap terlalu protektif terhadap anak remaja mereka misalnya saja selalu ikut mendengarkan percakapan anak dengan teman di telepon. Atau kasus lain orang tua yang suka menggeledah kamar anak karena anak lebih suka menyendiri atau menutup diri di kamar. Tindakan seperti memata-matai anak akan menyebabkan anak merasa orang tua tidak menaruh kepercayaan kepadanya.

    Tentu sebagai orang tua Anda perlu menetapkan batasan bagi anak Anda untuk mencegahnya melakukan hal-hal yang tidak baik. Ingat bahwa Anda adalah orang dewasa, orang tua yang memiliki kendali terhadap situasi yang terjadi tapi jangan lupakan hak anak juga untuk mendapatkan privasi.

Semoga bermanfaat! (infor.c/Inge)