ToeNTAS.com,- Senin (30/10) kemarin, tepat 200 hari kasus penyiraman air keras dialami penyidik KPK Novel Baswedan. Teror fisik itu dialami Novel usai melaksanakan Salat Subuh dekat rumahnya kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (11/4) lalu.
Namun, hingga kini belum ada titik terang penyiraman terhadap Novel terungkap. Dorongan membentuk terus digaungkan sejumlah pihak. Teranyar, dilakukan oleh para mantan pentolan KPK, pegiat antikorupsi, media, dan aktivis HAM. Mereka mendesak pimpinan KPK agar mengusulkan Presiden Joko Widodo membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mengungkap penyiram Novel Baswedan.
“Kita sangat prihatin 200 hari rentang waktu yang cukup lama yang seharusnya bisa digunakan aparat penegak hukum mengungkap kasus ini. Kita khawatir jika tidak terungkap tidak menutup kemungkinan kasus kasus seperti ini akan terulang,” kata mantan Ketua KPK Abraham Samad di gedung KPK, Jakarta Selatan, Selasa (31/10).
Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan, masih menunggu kesepakatan bersama dengan pimpinan KPK lainnya atas desakan dibentuknya TGPF. Menurut Agus, usulan itu masih perlu dirundingkan terlebih dahulu dengan pimpinan KPK lainnya.
Di sisi lain, KPK masih menunggu hasil penyelidikan yang dilakukan Polri. Bahkan, KPK dan Polri berkomitmen melakukan pertemuan dua minggu sekali guna membahas kasus tersebut.
“Saya kira nanti kita bahas lagi. Kita tunggu saja, saya tidak bisa mendahului pendapat dari pimpinan-pimpinan lain,” ujar Agus.
Sementara, Kabareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan, pihaknya sudah memeriksa puluhan saksi dalam kasus ini. Namun, Ari Dono tak menampik kasus penyiram terhadap Novel terbilang cukup sulit diungkap.
“Jadi itulah yang saya sampaikan, kalau model kasus-kasus hit and run ini memang relatif sulit, dalam artian kita tidak bisa, bisa saja ini baru berapa bulan. Ada yang sudah empat tahun baru ketangkap dia, pelakunya,” kata Ari Dono di Kantor Bareskrim Polri di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (1/11).
Menurutnya, dari puluhan saksi itu belum bisa menunjukkan ke arah pelaku penyiraman. Bahkan kordinasi dengan KPK terus dilakukan Polri.
“Bukan KPK, kita sudah yang datang ke KPK, untuk supaya sama-sama karena di sana ada penyidik kita juga artinya sama-sama yuk, supaya enggak ada kesan kita tutup-tutupi kan begitu ya, itu sudah,” ucapnya.
Jenderal bintang tiga itu pun mengklaim bersama dengan Kapolri Jendral Tito Karnavian sudah lebih dari satu kali ke KPK untuk melakukan presentasi tentang update perkembangan penyiram air keras tersebut.
“Saya dengan Kapolri sudah dua kali ke sana presentasi mungkin ketiga kali. Kalau penyidik sering menyampaikan perkembangan informasi terkait dengan kegiatan penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan dalam kasus ini, untuk saya sendiri sudah dua kali ke sana dengan Kapolri dengan tim untuk kita mengajak sama-sama menyampaikan informasi perkembangannya seperti apa, mengajak sama-sama untuk bisa mengungkap peristiwa ini,” tandasnya. (kom.c/fauzan)