Wilujengan Surud Dalem Sultan Agung Ke 387, Melestarikan Paugeran Karaton

Jam : 18:46 | oleh -369 Dilihat
GKR Wandansari (tengah), ketika memberikan keterangan kepada sejumlah wartawan.
GKR Wandansari (tengah), ketika memberikan keterangan kepada sejumlah wartawan.

Solo, ToeNTAS.com,- Peringatan wilujengan Surud Dalem (wafatnya) Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo ke-387 di gelar secara sederhana, namun khidmad di Masjid Agung Kraton Surakarta, Minggu 2 Sapar Jimakir 1954 menurut penanggalan Sultan Agung atau kalender Masehi (20/9). “Peringatan ini yang ke dua kalinya di gelar di Karaton Surakarta Hadiningrat, Setahun yang lalu acara seperti ini di hadiri 5 ribuan kerabat, sentono dan abdi dalem. “Hal ini sebagai isyarat mengingatkan, untuk meletarikan paugeran karaton yang sudah berlangsung sejak zaman eyang Sultan Agung” tutur GKR Wandansari, selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) karaton Surakarta

Haul pahlawan nasional Sultan Agung ke 387 kali ini memang undangan dibatasi karena pandemi Covid-19  hanya sekitar 500 an kerabat dan sentana yang hadir . Lebih jauh Gusti Mung (pangilan akrab GKR Wandasari ) rangkaian haul Sultan Agung Hanyakrokusumo ditandai dengan shalawat Sultan Agungan, dan sahadat Quraisy hasil karya Sultan Agung Hanyokrokusumo. “Dibarengi dengan ubarampe sesaji diantaranya nasi gurih, ingkung ayam, gedang ayu , suruh ayu sego golong, ada ketan kolak apem, juga jenang abang dan putih. “Dengan permohonan supaya kesalahan manusia, utamanya di bumi nusantara ini diampuni dosa-dosanya dan selalu mengingat para leluhurnya” paparnya

Suasana khidmad saat umbul donga, para ulama karaton dan ratusan undangan di Masjid Agung, Solo

Dalam kesempatan itu perwakilan dari Paku Buwono (PB) I hingga Amangkurat Agung dan perwakilan PB II hingga PB XII melantunkan umbul donga (berdoa) untuk Sultan Agung. Harapannya supaya paugeran atau aturan adat di kraton Surakarta tetap dijalankan, semangat meneladani pahlawan nasional Sultan Agung yang memiliki sikap berani serta memiliki daya karya cipta tinggi. Sehingga utamanya, bagi kerabat karaton jangan membuat aturan sendiri dan lepas dari paugeran yang sudah ditetapkan secara turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu.

Sementara itu kalender Jawa juga disebut sebagai Kalender Sultan Agungan, karena diciptakan pada pemerintahan Sultan Agung (1613-1645).  Sultan Agung adalah raja ketiga dari Kerajaan Mataram Islam yang menciptakan sebuah sistem penanggalan baru yang merupakan perpaduan antara kalender Saka dan kalender Hijriyah. Babad Nitik Sultan Agung merupakan karya sastra yang diciptakan oleh Sultan Agung. Selain itu Sultan Agung telah menulis beberapa Serat Sastra Gending yang berisi tentang pitutur (nasehat) dalam kebaikan di kehidupan manusia.

Penyerbuan di Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1629  Sultan Agung merupakan bukti keberanian Kesultanan Mataram untuk mengusir penjajah VOC Belanda yang saat itu bermarkas di Batavia (sekarang Jakarta). Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.  “Bahkan sejak itu raja-raja Mataram terus berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, sehingga peran karaton untuk bangsa ini sangat besar” pungkasnya. (her)