Antisipasi Lonjakan Pasien, Pemkot Bogor Siapkan RS Darurat

Jam : 05:51 | oleh -196 Dilihat
foto dok. Pemkot Bogor
foto dok. Pemkot Bogor

Jakarta, ToeNTAS.com,- Tren rata-rata kasus harian COVID-19 di Kota Bogor terus meningkat. Terkait hal ini, Wali Kota Bogor Bima Arya meminta Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor menyiapkan skenario terburuk mengantisipasi lonjakan tersebut, terlebih menjelang akhir tahun 2020.

Dilansir dari detik.com, “Pertambahan pasien masih tinggi mendekati angka 50 kasus per hari. Saat ini, rata-rata masih di 40-an, jangan sampai 50. Makanya saya bilang testing, tracing dan treatment harus ditingkatkan lagi. Saya minta unit lacak dimaksimalkan lagi di wilayah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (24/11/2020).

Hal tersebut ia sampaikan saat memimpin briefing staff di Taman Ekspresi, Sempur. Bima menambahkan dalam hal ini Dinkes dan RSUD Kota Bogor juga perlu menyiapkan fasilitas medis lainnya, termasuk tenaga medis dan alat kesehatan.

“Saya perintahkan untuk mengantisipasi skenario terburuk. Skenario terburuknya itu kan tidak ada lagi tempat tidur tersisa. Kalau OTG masih bisa, tapi kalau fasilitas mediskan beda, perlu SDM dan alat kesehatan. Begitu (lonjakan dahsyat) itu terjadi bahaya sekali. Dan sekarang indikasinya sudah ke arah situ,” katanya.

Lebih lanjut Bima menyampaikan Pemerintah Kota Bogor juga akan mulai menyiapkan alternatif RS darurat apabila lonjakan kasus COVID-19 semakin tinggi.

“Saya minta bukan hanya menambah ruang isolasi. Tapi mulai disiapkan alternatif RS darurat seperti Wisma Atlet di Jakarta apabila situasi semakin tinggi lonjakannya. Artinya tidak cukup isolasi karantina untuk orang tanpa gejala, tetapi orang yang dengan gejala juga memerlukan perawatan. Harus disiapkan,” tambahnya.

Menurutnya, saat ini tidak mungkin mengandalkan RS swasta saja untuk menambah ruang isolasi. Selain itu, RSUD juga tidak mungkin bisa dijadikan 100 persen untuk menangani COVID-19.

Hal ini mengingat pasien umum lainnya juga yang harus mendapat perawatan. Dan saat ini ada 200 pasien non-COVID yang sedang dirawat di RSUD Kota Bogor.

“Itu sangat tidak memungkinkan. Yang jantung bagaimana, yang diabetes bagaimana, yang cuci darah bagaimana, yang kanker bagaimana. Itu harus tetap kita rawat, itu tanggung jawab kita juga. Jadi saya minta tolong dicari tempatnya (RS Darurat) atau jejaring dengan Kabupaten Bogor. Tidak bisa itu kalau kita hanya mengharapkan RS swasta untuk menambah itu. Nambahnya paling satu atau dua. Saya khawatir terjadi lonjakan, tidak menampung dimana-mana,” tandasnya.

Merespons hal ini, Direktur Utama RSUD Kota Bogor dr. Ilham Chaidir menyatakan pihaknya bisa menargetkan penambahan tempat tidur untuk perawatan COVID-19 hingga 120 unit. Namun, pihaknya mengaku kekurangan tenaga perawat karena banyak yang bertumbangan setelah 7 bulan full bertugas.

“Kemarin kapasitas bisa 100 tapi karena SDM 7 bulan terus full, ada yang sudah bertumbangan sakit. Jadi kondisinya saat ini sedang merekrut pegawai kontrak yang baru untuk memenuhi 120 tempat tidur sesuai target. Target kita 120 tempat tidur, itu nomor dua paling banyak se-Jawa Barat,” katanya.

Selain soal fasilitas kesehatan, Bima juga mengumumkan perpanjangan Pembatasan Sosial Berbasis Mikro dan Komunitas (PSBMK) di Kota Bogor mulai 25 November – 8 Desember 2020 sesuai dengan Keputusan Wali Kota Bogor Nomor 440.45-835 Tahun 2020.

Berdasarkan data kasus COVID-19 Dinkes Kota Bogor per 24 November 2020, tercatat ada penambahan sebanyak 45 kasus atau 3.063 pasien. Rinciannya yaitu pasien sembuh atau selesai isolasi 2.468 orang, masih sakit 504 orang, dan meninggal 91 orang.

“Jadi masih belum aman, saya ingatkan waspada terus. Terbanyak masih dari klaster keluarga,” pungkasnya.

Sebagai informasi, dalam rapat tersebut turut hadir secara langsung Sekretaris Daerah Kota Bogor Syarifah Sofiah dan para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta para Camat dan Lurah secara virtual. (didi)