Ankara – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan ingin menjalin hubungan ‘sama-sama untung’ dengan Amerika Serikat (AS). Hal itu diungkapkan Erdogan untuk mengakhiri keretakan hubungannya dengan para sekutu NATO.
Seperti dilansir AFP, Minggu (21/2/2021) pemimpin Turki itu menekankan bahwa’”kepentingan bersama Turki dan Amerika Serikat lebih besar daripada perbedaannya’.
“Kami berharap untuk memperkuat kerja sama kami dengan pemerintahan baru Amerika Serikat dengan hubungan yang ‘sama-sama untung’,” kata Erdogan dalam video yang dimuat di Twitter.
Sebelumnya, Turki menyambut pelantikan Presiden AS Joe Biden dengan kecurigaan, takut akan pengerasan sikap Amerika terhadap Turki dalam berbagai isu.
Terbukti, pemerintahan baru AS dengan cepat menegur Turki dalam beberapa isu. Seperti mendesak pembebasan pemimpin masyarakat sipil Osman Kavala dan mengkritik retorika homofobik dalam tindakan keras terhadap demonstran mahasiswa.
Pernyataan itu sejalan dengan janji Biden untuk menempatkan prioritas pemerintah dalam mempromosikan demokrasi. Selain itu, Amerika Serikat dan Turki memiliki banyak perselisihan lain yang cenderung memperburuk ketegangan.
Erdogan menantang AS dengan membeli sistem rudal canggih S-400 milik Rusia, mengesampingkan peringatan bahwa akan membahayakan perannya dalam aliansi NATO. Akibatnya, mantan presiden Donald Trump menjatuhkan sanksi pada industri pertahanan Turki.
Pada hari Senin (15/2), Turki menuduh AS mendukung “teroris” dan memanggil duta besarnya setelah Washington menolak untuk segera mendukung klaim Ankara bahwa militan Kurdi telah mengeksekusi 13 warga negara Turki di Irak.
Washington berusaha meredakan perselisihan diplomatik dengan menerima klaim Ankara bahwa “teroris” Partai Pekerja Kurdistan (PKK) telah mengeksekusi 13 warga Turki di Irak.
“Kami mengharapkan sikap yang jelas dari semua sekutu kami setelah serangan teroris yang merenggut nyawa 13 warga negara kami,” kata Erdogan.
PKK selama beberapa dekade menggunakan daerah pegunungan Irak sebagai tempat persembunyian untuk pemberontakannya melawan Turki.
Baik Washington dan Ankara sama-sama memandang PKK sebagai organisasi teroris. Namun AS juga mendukung milisi Kurdi di negara tetangga Suriah dalam konflik melawan Presiden Bashar al-Assad.
Sikap ini menimbulkan ketegangan lain antara Turki dan AS. (Lia)