Setu Babakan Tutup, Ondel-ondel dan Bir Pletok Ditinggal Pembeli

Jam : 07:27 | oleh -224 Dilihat
ondel-ondel di Setu Babakan
ondel-ondel di Setu Babakan

Jakarta, ToeNTAS.com,- Setu Babakan masih ditutup selama PPKM Level 4 Jakarta. Hal ini berdampak pada pedagang kerajinan dan kuliner Betawi.

Kampung Betawi yang juga menjadi destinasi wisata, Setu Babakan di Jakarta Selatan tutup selama hampir 2 bulan. Penutupan ini dilakukan sejalan dengan aturan PPKM yang mewajibkan seluruh tempat wisata tak beroperasi untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Kendati saat ini telah ada pelonggaran, dari pantauan wartawan pada Jumat (20/8/2021) Setu Babakan masih menolak kunjungan wisatawan. Petugas mengatakan, saat ini Setu Babakan hanya dibuka untuk masyarakat yang ingin mengikuti program vaksinasi.

Penutupan Setu Babakan tentunya berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat sekitar. Banyak dari mereka yang sehari-hari menggantungkan hidup dengan berjualan kuliner Betawi, seperti laksa, kerak telor, kue rangi, hingga bir pletok. Ada pula yang menjadi perajin dan pedagang ondel-ondel.

wartawansempat berbincang dengan salah satu produsen ondel-ondel bernama Asril. Ia mempekerjakan 12 orang pegawai untuk membuat ondel-ondel dengan berbagai ukuran. Selain itu, ia juga menyewakan dan menjual ondel-ondel tersebut pada wisatawan hingga instansi.

Selama 5 tahun bergerak di bidang ini, Asril mengatakan bahwa kondisi COVID-19 merupakan masa terburuk untuk bisnisnya. Apalagi sejak Setu Babakan ditutup, ia kehilangan pasar wisatawan.

“Penurunan (pendapatan) sampai 75%. Pokoknya jauh menurun. Palingan orang beli yang kecil-kecil buat mainan bocah. Kalau gede-gede nggak ada yang beli sekarang,” kata Asril.

Karena sepinya pembeli yang datang ke tokonya, Asril mencoba untuk berjualan secara online melalui e-commerce. Ia menjual ondel-ondel dengan harga beragam, mulai puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

Ia berharap pandemi ini dapat segera teratasi dan Setu Babakan kembali dibuka. Sebab, saat ini ada sejumlah pekerja yang harus ia hidupi.

“Semoga cepat kelar Corona. Jangan kayak gini,” ujarnya.

“Sekarang yang penting cukup buat kehidupan saja. Saya dapat (uang), anak-anak (karyawan) juga dapat,” sambungnya.

Senasib dengan Asril, pedagang kuliner Betawi juga kepayahan saat Setu Babakan tutup. Salah satunya Ridwan, pemilik toko oleh-oleh yang sekarang kesulitan memasarkan dodol Betawi sampai bir pletok.

“Penjualan dodol selama PPKM berkurang jauh, drastis. Biasanya seminggu habis, ini bisa seminggu lebih masih ada banyak sisanya,” kata dia.

Ridwan dan keluarganya yang memproduksi sendiri dodol Betawi, akhirnya memilih mengurangi jumlah produksi karena dodolnya susah laku. Bila biasanya toko itu memproduksi 200-300 gulungan dodol, kini hanya dibuat menjadi 100.

Sama juga dengan bir pletok yang saat ini dikurangi stoknya. Padahal sebelum pandemi COVID-19, bir pletok selalu ludes diborong wisatawan di Setu Babakan.

“Bir pletok dulu banyak yang cari. Tapi sekarang jarang orang lalu lalang jadi agak kurang laku. Paling sekarang stok 50 botol, biasanya bisa sampai 300-400 botol,” paparnya.

Dengan kondisi seperti ini, Ridwan mengalami penurunan omzet hingga jutaan rupiah. “Biasanya sehari kisaran Rp 2-3 juta. Ini Rp 1 juta saja susah,” dia menjelaskan.

Ridwan berharap Setu Babakan dapat kembali dibuka karena banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari sana. “Berharap dibuka lagi karena pengaruh besarnya itu kan dari pengunjung Setu Babakan,” kata dia. (det.c/Inge)