ToeNTAS.com,- Kementerian Pertahanan Jerman telah menyusun rencana darurat untuk potensi konflik militer dengan Rusia, menurut klaim media Jerman Der Spiegel dan majalah Bild setelah melihat dokumen terkait.
Rencana tersebut dilaporkan membayangkan Jerman bertindak sebagai negara transit utama bagi pasukan aliansi NATO, dengan penduduk dan layanan sipilnya diharapkan untuk membantu personel militer asing.
Dalam laporannya pada Jumat (12/7/2024), Der Spiegel menduga bahwa berdasarkan ‘Rencana Operasional Jerman’ (OPLAN DEU) yang dirahasiakan, negara tersebut harus dapat mengatur pemindahan 800.000 pasukan NATO dan sekitar 200.000 kendaraan, termasuk tank dan perangkat keras lainnya, dari pelabuhan di Belanda dan Belgia ke Timur, dalam waktu tiga hingga enam bulan.
Beberapa jalan raya utama seharusnya digunakan untuk tujuan ini, yang berarti jalan-jalan tersebut akan ditutup untuk lalu lintas sipil. Masyarakat setempat diharapkan untuk menyediakan makanan, perumahan, tempat istirahat, dan bahan bakar bagi personel militer yang lewat, demikian klaim kedua media tersebut.
Der Spiegel mengutip Ralph Tiesler, presiden Kantor Federal untuk Perlindungan Sipil dan Bantuan Bencana, yang memperkirakan bahwa “aktor musuh dapat mengambil tindakan untuk menghambat atau memperlambat pergerakan pasukan NATO,” baik melalui sabotase maupun serangan rudal.
Polisi dan layanan darurat Jerman dilaporkan harus memprioritaskan perlindungan terhadap rute-rute utama ini dan menghilangkan konsekuensi dari setiap serangan terhadap rute-rute tersebut.
Menurut Bild, yang mengutip juru bicara Kementerian Pertahanan, selain perannya sebagai pusat logistik NATO, Jerman juga perlu membangun kamp tawanan perang besar di wilayahnya jika konfrontasi militer dengan Rusia pecah.
Kedua media tersebut mengutip Inspektur Jenderal Bundeswehr Carsten Breuer yang memperkirakan bahwa Berlin memiliki waktu hingga 2029 untuk bersiap menghadapi potensi konflik militer dengan Moskow, karena Rusia diduga dapat menyerang NATO pada saat itu.
Masyarakat setempat sudah membuat perbekalan dan mengadakan latihan untuk skenario terburuk ini. Menurut Der Spiegel, yang mengutip wali kota sebuah kota yang tidak disebutkan namanya, penduduk setempat tidak menunjukkan antusiasme apa pun terhadap upaya tersebut.
“Hanya sedikit yang sejauh ini memahami apa arti ‘pergantian era’,” kata media tersebut mengutip pernyataan pejabat tersebut, seperti dikutip RT.
Sebagai infromasi, bulan lalu pemerintah Jerman secara resmi memperbarui pedoman masa perangnya untuk pertama kalinya sejak 1989, untuk memasukkan langkah-langkah seperti wajib militer dan memaksa produsen untuk memproduksi barang perang.
Sementara beberapa negara anggota NATO telah mengklaim dalam beberapa bulan terakhir bahwa Rusia menyembunyikan rencana untuk menyerang blok militer yang dipimpin AS, Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu menepis tuduhan tersebut sebagai “omong kosong”. Ia menyatakan bahwa mereka yang menyebarkan narasi tersebut telah “benar-benar gila.”(cnbcindonesia.c/Yudha)