Terkuaknya Misteri Kematian Diplomat Kemlu: Mati Lemas Tanpa Keterlibatan Pihak Lain

Jam : 10:13 | oleh -71 Dilihat
ilustrasi garis polisi
ilustrasi garis polisi

Jakarta, ToeNTAS.com,- Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya akhirnya mengumumkan hasil penyelidikan terkait kematian ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban di kamar kosnya, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025). Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra mengungkapkan, penyelidik sejauh ini belum menemukan unsur pidana terkait kasus tersebut. “Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” ujar Wira dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

Meski begitu, kasus ini tidak ditutup. Polisi masih menerima informasi baru terkait kematian pria asal Yogyakarta tersebut. Kompas.com merangkum sederet fakta yang ditemukan Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya selama proses penyelidikan berlangsung. Temukan Obat, Polisi Duga Jurnalis Situr Wijaya Tewas karena Infeksi Paru Artikel Kompas.id Penyebab kematian Berdasarkan hasil pemeriksaan luar oleh dokter forensik dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, ditemukan luka lecet pada wajah dan leher, luka terbuka pada bibir, memar pada wajah, bibir, serta lengan kanan, dan adanya tanda-tanda perbendungan.

Pemeriksaan dalam menunjukkan adanya darah berwarna gelap dan encer, lendir serta busa halus pada batang tenggorok, paru-paru sembab, tanda-tanda perbendungan pada seluruh organ dalam, dan tidak ditemukan penyakit pada organ-organ tersebut. Pemeriksaan laboratorium toksikologi tidak menemukan zat yang mengganggu pertukaran oksigen. Tidak ditemukan pula penyakit atau zat yang menyebabkan gangguan pertukaran oksigen pada organ maupun jaringan tubuh. “Maka sebab mati almarhum akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas,” tegas dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.F.M., dokter forensik dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. Riwayat ingin bunuh diri ADP sempat memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya pada 2013, yang kembali menguat pada 2021. Namun, pada kedua periode tersebut, keinginan itu akhirnya dibatalkan oleh yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan forensik digital ponsel Samsung Note 9, ditemukan riwayat komunikasi antara email daru_c@yahoo.com dengan salah satu badan amal sebanyak dua segmen. Badan amal itu menyediakan layanan dukungan terhadap orang yang memiliki emosional atau perasaan tertekan dan putus asa, termasuk menyebabkan bunuh diri. Pada 2013, ADP berkomunikasi dengan layanan badan amal tersebut sebanyak 11 kali, mulai 20 Juni hingga 20 Juli.

“Di situ sudah saya sampaikan pada penyidik yang menangani. Pada intinya adalah menceritakan tentang alasan, ada keinginan untuk bunuh diri,” ungkap dia. Segmen kedua pada 2021, korban berkomunikasi melalui email sebanyak sembilan kali, mulai 24 September hingga 5 Oktober. “Intinya adalah sama, ada niatan yang semakin kuat untuk melakukan bunuh diri karena problem yang dihadapi,” tegas dia. Ponsel Samsung Note 9 merupakan ponsel ADP yang sudah tidak lagi digunakan. Ia sehari-hari memakai ponsel Samsung S22 Ultra. Menurut pemeriksaan forensik digital, ponsel Samsung Note 9 pertama kali aktif pada 29 Juni 2019 dan berakhir pada 21 September 2022. Namun, ponsel tersebut sempat diaktifkan kembali pada Januari 2024.

Ponsel Samsung S22 Ultra sampai saat ini belum ditemukan karena masih dalam proses pencarian. Alat komunikasi itu terakhir kali aktif di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (7/7/2025). Kondisi psikologi Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), Nathanael Sumampouw, mengungkapkan kondisi psikologis ADP melalui pendekatan otopsi psikologis. Pada masa-masa akhir kehidupannya sebagai seorangan diplomat, mendiang mengemban peran melindungi Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjebak dalam situasi krisis demi memastikan negara hadir bagi mereka di luar negeri. Baca juga: RSCM Ungkap Penyebab Kematian Diplomat Kemlu di Kos Peran tersebut menuntut korban berempati tinggi, mempunyai kepekaan emosional, serta ketahanan psikologis dan sensitivitas sosial. “Yang (peran) ini semua tentu menimbulkan dampak seperti burnout, compassion fatigue atau kelelahan kepedulian, terus menerus terpapar dengan pengalaman-pengalaman penderitaan, trauma,” kata Nathanael. Namun, ADP dikenal di lingkungannya sebagai pribadi yang positif, bertanggung jawab, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, dapat diandalkan, dan peduli terhadap sesama. Sebagai pribadi yang berupaya menunjukkan karakter dan kualitas diri di lingkungan sekitar, ADP mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif, terutama saat menghadapi tekanan tinggi.

“Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga mempengaruhi bagaimana almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, memandang masa depan,” ungkap dia. Walau begitu, korban berusaha menginternalisasi berbagai emosi negatif dan tidak menunjukkannya di depan orang lain. “Meskipun demikian kami menemukan bahwa pada almarhum ada riwayat di mana berupaya untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring,” ujar dia. Baca juga: Kesimpulan Kasus Kematian Diplomat Kemlu: Tak Ada Keterlibatan Orang Lain dan Ancaman “Terakhir kali, dari data-data yang dihimpun, kami melihat kurang lebih pada tahun 2021. Awalnya dari data yang dihimpun dari tahun 2013,” tambah dia lagi. Meski menghadapi dinamika psikologis yang kompleks, kepribadian ADP yang cenderung menekan perasaan membuatnya sulit mengelola kondisi psikologis negatif secara adaptif dan lebih memilih untuk menutupinya. Dinamika batin tersebut membuat almarhum mengalami hambatan pribadi dalam mengakses dukungan, baik dari lingkungan terdekat maupun tenaga kesehatan mental. “Setelah terakumulasi penghayatan almarhum tersebut mengenai dirinya, masalah tekanan hidup, di episode terakhir kehidupannya ini, kemudian mempengaruhi proses pengambilan keputusan almarhum terkait cara kematiannya atau upaya untuk mengakhiri kehidupannya,” ungkap Nathanael. Tidak ada sianida dan narkoba Berdasarkan hasil pemeriksaan toksikologi, ditemukan sejumlah senyawa obat dalam beberapa organ dan cairan tubuh korban.

Pada jaringan otak, terdeteksi keberadaan paracetamol. Sementara itu, pada organ empedu, limpa, hati, lambung, serta pada darah korban, ditemukan senyawa chlorpheniramine. Temuan yang sama juga terdeteksi pada urine, yang mengandung paracetamol dan chlorpheniramine. Adapun pada ginjal korban, teridentifikasi kombinasi kedua zat tersebut, yaitu paracetamol dan chlorpheniramine. “Kesimpulannya, pemeriksaan menunjukkan seluruh sampel organ dan cairan tubuh tidak terdeteksi senyawa toksin umum seperti pestisida, sianida, arsenik, alkohol maupun narkoba,” tegas AKP Adi Laksono, pemeriksa dari Subdit Toksikologi Forensik Bareskrim Polri. Baca juga: Hasil Pemeriksaan Toksikologi Diplomat Kemlu: Tak Ada Racun, Sianida, dan Narkoba “Namun ditemukan kandungan parasetamol dan chlorpheniramin pada berbagai jaringan dan cairan tubuh ADP,” tambah dia. Menurut studi literatur farmakologi, chlorpheniramin adalah jenis antihistamin yang digunakan untuk meredakan gejala alergi, di antaranya hidung tersumbat dan bersin, serta dapat menyebabkan efek samping ringan seperti kantuk. “Parasetamol adalah sejenis obat yang dapat meredakan nyeri serta menurunkan demam,” ungkapnya. Kombinasi kedua jenis senyawa tersebut umumnya ditemukan pada obat flu dan demam yang beredar di pasaran.

Temuan ini menunjukkan adanya konsumsi atau paparan obat sebelum kematian. Kontak Bantuan Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri. (d.c/Bima)