Presiden PKS: Motif Pribadi Penyerang Novel Tak Masuk Akal

Jam : 12:38 | oleh -139 Dilihat

Jakarta, ToeNTAS.com,- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meminta kepolisian mengusut tuntas motif dua polisi aktif menyiramkan air keras ke penyidik KPK Novel Baswedan.

Presiden PKS Sohibul Iman menduga motif keduanya tak sekadar masalah pribadi. Namun demikian, hingga saat ini aparat hukum belum mengungkap secara resmi motif keduanya.

“Apalagi pengakuan yang bersangkutan hanya sekadar dia tidak suka sama Novel. Rasanya ini tidak masuk akal, tidak suka sampai memberi air keras, tidak mungkin. Jadi ada yang lebih besar dari itu,” katanya usai acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Minggu (29/12).

Motif permasalahan pribadi terungkap ketika dua orang tersangka berinisial RB dan RM keluar dari Direktorat Kriminal Umum melewati kerumunan wartawan untuk memasuki mobil. Dua polisi aktif tersebut tak mengatakan apapun. Hanya saja tiba-tiba salah seorang di antaranya sempat menyeru dengan nada tinggi.

“Tolong dicatat. Saya tidak suka Novel karena dia pengkhianat,” teriak tersangka RB.

PKS menyatakan tugas kepolisian seharusnya tak berhenti dengan penangkapan dua tersangka. Sohibul meminta kepolisian mengungkap secara gamblang motif dari kedua tersangka.

“Apakah betul-betul motif pribadinya dia atau disuruh orang. Ini kan harus dilacak tidak bisa hanya dengan ditangkap ini kemudian seolah persoalan sudah selesai,” imbuhnya.

Terlepas dari itu, ia mengapresiasi upaya Kapolri Idham Azis menangkap kedua tersangka. Dimana hal ini belum mampu dituntaskan oleh Kapolri terdahulu Tito Karnavian.

“Tentu ini jangan tanggung-tanggung kalau sekarang sudah ada pelaku yang ditangkap ini ditelusuri sampai ke akarnya,” katanya.

Pada Jumat (27/12) sore, kepolisian telah mengamankan dua orang yang diduga menyerang Novel Baswedan pada 11 April 2017 lalu. Dua orang berinisial RM dan RB tersebut merupakan anggota polisi aktif.

Namun demikian, Novel sendiri menganggap terdapat hal aneh dalam penangkapan tersebut. Tim Advokasi Novel mengatakan kepolisian harus mengungkap motif pelaku tiba-tiba menyerahkan diri, apabila benar bukan ditangkap.

Selanjutnya, menurut Tim Advokasi, harus dipastikan bahwa yang bersangkutan bukan orang yang ‘pasang badan’ untuk menutupi pelaku yang perannya lebih besar.

“Saya seharusnya mengapresiasi kerja Polri, tapi keterlaluan bila disebut penyerangan hanya sebagai dendam pribadi sendiri dan tidak terkait dengan hal lain, apakah itu tidak lucu dan aneh?” ujar Novel, seperti dikutip dari Antara.

Penyiraman air keras kepada Novel Baswedan terjadi pada 11 April 2017 lalu. Novel Baswedan disiram air keras ketika hendak pulang ke rumahnya usai menunaikan salat subuh di masjid dekat rumahnya, kawasan Kelapa Gading Jakarta.  (cnni.c/D)