Viral Daftar Wilayah Potensi Virus Corona di Jakarta, Ini Faktanya

Jam : 14:02 | oleh -227 Dilihat
foto
foto

Jakarta, ToeNTAS.com,- Beredar pesan berantai yang mengatasnamakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Informasi yang didapat detikcom menyebut pesan tersebut hoax.

Dalam pesan viral tersebut tertulis arahan Gubernur terkait virus corona COVID-19. Berikut isi pesan viral tersebut:

Disampaikan arahan Gubernur terkait CoviD 19 :

PENCEGAHAN :
Skenario pembatasan interaksi terkait penyebaran Covic Pemprov. DKI Jakarta
Langkah2 pembatasan :
1. Aktifitas sekolah dihentikan atau dibatasi 
2. Isolasi daerah epicentral
3. Larangan pergi ke tempat keramaian
4. Pembatalan izin yg sudah s dikeluarkan oleh pemprov dan siapkan prosedur pembatalan.
6. Penutupan berbagai aktivitas publik
8. Pembatasan jam buka restaurant

Arahan jangka pendek/langsung :
1. Tidak ada lagi salam2an 
2. Laksanakan Ingub 16 Tahun 2020
3. Seluruh fasilitas Pemprov harus disediakan sabun cuci tangan dan disinfektan 
4. HBKB 2 minggu ke depan ditiadakan
5. Perketat pembatasan acara2 publik
6. Batalkan seluruh acara yg berisiko penyebaran Covid 19
7. Semua PNs DKI yg menjalani karantina ato dirawat krn terjangkit ato diduga terjangkit TKD tidak akan dipotong , dengan beban kerja disesuaikan

Daerah dgn potensi Covid 19 :
1. Setia Budi 
2. Pancoran
3. Mampang 
4. Penjaringan
5. Kembangan

Untuk memastikan kebenaran pesan tersebut, detikcom menghubungi Layanan Jakarta Tanggap COVID-19 di nomor 081388376955. Disebutkan oleh salah satu petugas yang berbicara, arahan Gubernur yang tertuang dalam Instruksi Gubernur 16 Tahun 2020 adalah benar. Namun selebihnya kabar yang tidak tepat.

“Kami sudah koordinasi, untuk lokasi (daerah potensi COVID-19) tersebut dipastikan hoax,” kata salah satu petugas satgas Hotline Virus Corona DKI Jakarta saat dihubungi detikcom, Kamis (12/3/2020).

Pihak Tanggap COVID-19 juga menyarankan untuk secara berkala mengakses situs corona.jakarta.go.id agar mengetahui update jumlah ODP dan PDP yang ditangani per hari. Disebutkan juga bahwa Dinkes DKI sudah secara lengkap melampirkan arahan di situs tersebut.

“Diunggah saja Ingub nomor 16-nya di web,” pungkasnya.

Informasi senada juga disampaikan Asisten Sekda Bidang Kesejahteraan Rakyat Catur Laswanto. Dia meminta masyarakat hanya menerima informasi yang bersumber resmi dari Pemprov DKI Jakarta.

“Bahwa mohon teman-teman untuk selalu merujuk pada sumber informasi yang diterbitkan Pemprov DKI karena ada beberapa mungkin sudah dengar di WA yang banyak sekali informasi-informasi seperti ini, yang ini adalah hoax,” kata Catur dalam konferensi pers di Balai Kota DKI, Jakarta, sore ini.

Sedangkan tentang data-data sebaran daerah yang riskan akan virus corona, Deputi Gubernur Bidang Pengendalian Kependudukan dan Permukiman DKI Jakarta, Suharti mengakui memang ada pemetaan. Hal itu dibuat sebagai simulasi untuk mengantisipasi persebaran.

“Terkait dengan peta persebaran penderita positif corona, sebagaimana kita ketahui ada 3 prinsip yang digunakan Pemda dalam melakukan pengendalian corona, reponsif, urgen, aktual. Berdasarkan prinsip tersebut Pemda menggunakan data-data yang kami punya untuk dilakukan modeling simulasi untuk memitigasi lebih lanjut,” ujarnya.

Suharti menjelaskan simulasi ini berasal dari data riwayat kontak pasien positif corona ataupun pasien yang memiliki gejala-gejala corona, seperti batuk dan flu. Di simulasi ini juga dituangkan beberapa permukiman penduduk yang dinilai beresiko terkena penyakit corona.

Suharti juga mengatakan pihaknya juga membuat data simulasi pemukiman warga DKI Jakarta guna mengantisipasi penyebaran corona. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyebaran virus corona meluas di Jakarta.

“Dan kami temukan untuk saat ini dan mudah-mudahan tidak terjadi sebaliknya bahwa masih banyak terjadi di permukiman yang bukan permukiman umum. Pak Gubernur juga sudah menyampaikan kemarin, kita ingin memitigasi jangan sampai penyebaran ke yang lebih luas, akan lebih bahaya kalau masuk ke wilayah padat penduduk karena sirkulasi udara yang tidak bagus, penduduk yang dalam kondisi rumah yang tidak baik, tidak punya fasilitas di rumah untuk melakukan self karantina dan sebagainya, kemudian kami melakukan simulasi,” jelasnya. (det.c/r)