Tren COVID-19 Melonjak, Ridwan Kamil Pantau RSHS Bandung

Jam : 08:25 | oleh -153 Dilihat
Ridwan Kamil pantau ketersediaan tempat tidur pasien Corona di RSHS Bandung
Ridwan Kamil pantau ketersediaan tempat tidur pasien Corona di RSHS Bandung

Bandung, ToeNTAS.com,- Gubernur Jabar Ridwan Kamil mendatangi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung, Sabtu (12/6) malam. Ia meninjau ketersediaan tempat tidur pasien COVID-19.

Dilansir dari detik.com, “Fakta terjadi lonjakan pasca libur Lebaran yang masa inkubasinya jatuh pada Minggu-minggu ini. Ini menunjukan, pada ketidaktaatan pada imbauan mudik membawa kemudaratan seperti ini,” kata Kang Emil sapaan Ridwan Kamil kepada wartawan.

“Jadi ini nyata, kalau pada saat itu semua taat tidak akan terjadi lonjakan seperti sekarang. Kenapa? Data pas Hari Lebaran rendah, salah satu persentase terendah itu di Hari Lebaran justru, sekarang ada kenaikan,” tambahnya.

Ia menuturkan angka Bad Occupancy Ratio (BOR) di Jawa Barat di atas standar WHO, tapi masih di bawah standar pemerintah pusat.

“Jawa Barat secara keseluruhan ada di 68 persen, berarti sudah melewati standar WHO, tapi masih di bawah standar kritis pemerintah pusat. Kalau di zoom lagi ke daerah Bandung Raya, memang BOR nya sudah sangat tinggi karena 50 persen pasien-pasien datang dari luar Kota Bandung. Memilih untuk mendapatkan perawatan COVID-19 di sini, sehingga meningkatkan BOR nya di angka 85 persenan,” ungkapnya.

Untuk di RSHS Bandung ini menurut Kang Emil, ada ruangan isolasi non ICU dan ruangan isolasi ICU.

“Dari rata-rata 85 persen, saya cek ke rumah sakit utama ini. Rumah Sakit utama ini terbagi dua, kalau ruang isolasi non ICU itu keterisiannya 64 termasuk tinggi, kalau ICU nya dari dulunya memang selalu tinggi karena jumlah banyak terbatas hanya 40,” ujarnya.

Jika terus terjadi lonjakan, rumah sakit pun terus menyiapkan untuk penambahan fasilitas untuk tempat tidur bagi pasien COVID-19.

“Jatah bad untuk COVID-19 masih 26 persen, masih ada ruang menjadi 40 persen, hampir dua kali lipat, itu kalau ruang isolasi 60 an ini naik mendekati penuh maka akan ada pergeseran konversi 200an, intinya ada kenaikan masih terkendali dan pemerintah melakukan bad rasio untuk COVID-19 menjadi tinggi dari rata-rata 20 an, ke arah 30 dan 40,” jelasnya.

Kang Emil juga menyebut, pihaknya terus mengevaluasi pelayanan kesehatan. Salah satunya soal mendiagnosa pasien, mana pasien yang harus isoman dan dirawat.

“Isolasi rumah sakit juga kita siapkan, karena catatan dari RSHS dikit-dikit minta ke rumah sakit, padahal diagnosanya cukup isoman, nah proses mengukur inilah kita perbaiki supaya jangan (ke rumah sakit), tidak betul itu ditolak, karena dokter menilai Anda tidak perlu dirawat, jadi bukan karena penuh, naik iya, bukan karena penuh,” pungkasnya. (Eva)