Tolong! Stok ‘Obat’ COVID-19 di Pasar Pramuka Masih Kosong

Jam : 07:37 | oleh -318 Dilihat
foto dok
foto dok

Jakarta, ToeNTAS.com,- Stok obat terapi COVID-19 di Pasar Pramuka, Matraman, masih terus mengalami kekosongan. Hal ini diungkap langsung oleh pedagang alat kesehatan dan obat-obatan di sana.

“Seperti jawaban-jawaban saya minggu lalu, sama saja, kosong. Dulu nggak laku, barang nggak laku jadi stoknya kita juga nggak banyak-banyak,” kata Ketua Harian Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka Yoyon kepada wartawan, Rabu (21/7/2021).

Selain 11 obat terapi COVID-19, kata Yoyon, masyarakat juga banyak yang membeli vitamin C yang dikenal sebagai penambah imunitas seseorang. Kekosongan stok di pedagang pun dikatakan mengalami hal serupa di distributor.

“Dari distributornya nggak ada, kawan-kawan saya mau beli lagi jawabannya kosong. Udah gitu aja,” ujarnya.

Obat terapi COVID-19 yang sudah diberi izin Kementerian Kesehatan ini tak bisa sembarang dibeli. Yoyon mengatakan, pembeli harus membawa surat keterangan resep obat dari dokter.

Dia menuturkan, sampai hari ini permintaan akan obat terapi COVID-19 terus bermunculan meskipun sudah jauh berbeda dari sebelumnya. “Sampai sekarang masih banyak yang mencari tapi sudah berkurang jauh. Karena kan pemerintah sudah mengadakan proyek pasar di Kimia Farma kan, jadi sudah mengarah ke Kimia Farma semuanya,” tuturnya.

Pedagang tak memaksakan diri untuk mengisi stok khusus obat terapi COVID-19. Pihaknya mengusulkan kepada pemerintah agar turut terlibat dalam pendistribusian obat-obatan tersebut.

“Nggak ada pun nggak masalah bagi kita, kalau ada pun kami jual kalau nggak ada ya nggak jual, cuman kami pedagang hanya bisa mengusulkan pemerintah untuk terlibat dalam pendistribusian obat ini. Baik dari produsen ke distributor, ke Pedagang Besar Farmasi baru ke kami. Kami perlu pengawalan itu,” jelasnya.

Pedagang Pasar Pramuka juga menyanggupi jika suatu waktu pemerintah membutuhkan bantuan dalam pelayanan obat terapi COVID-19 dengan harga eceran tertinggi (HET) yang sudah ditentukan Kementerian Kesehatan.

“Kami bersyukur bahwa Pak Luhut merespons dan pemerintah akan mengawal pendistribusian itu, sementara ini baru diberikan ke Kimia Farma, kan tujuan pemerintah. Andaikata Kimia Farma juga nggak sanggup untuk melayani masyarakat kami siap membantu dengan harga yang sudah ditentukan pemerintah,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sudah merilis harga eceran tertinggi (HET) untuk 11 jenis obat-obatan, yakni:
1. Favipiravir 2OO mg (Tablet) Rp.22.500 per tablet,
2. Remdesivir IOO mg (Injeksi) Rp.510.000 per vial,
3. Oseltamivir 75 mg (Kapsul) Rp.26.000 per kapsul,
4. lntravenous Immunoglobulin 5% 50 ml (lnfus) Rp.3.262.300 per vial,
5. lntravenous Immunoglobulin 10% 25 ml (Infus) Rp.3.965.000 per vial.
6. lntravenous Immunoglobulin l07o 5O ml (Infus) Rp.6.174.900 per vial,
7. Ivermectin 12 mg (Tablet) Rp.7.500 per tablet,
8. Tocilizrrmab 4O0 mg/20 ml (Infus) Rp.5.710.600 per vial,
9. Tocilizumab 8o mg/4 ml (Infus) Rp.1.162.200 per vial,
10. Azithromycin 50O mg (Tablet) Rp.1.700 per tablet,
11. Azithromycin 50O mg (Infus) Rp.95.400 per vial

(Mega/det.c)