Serpihan Hidup Laura Anna Terbawa Ombak Laut Ancol

Jam : 06:27 | oleh -295 Dilihat
Proses pelarungan abu jenazah Laura Anna.
Proses pelarungan abu jenazah Laura Anna.

Jakarta, ToeNTAS.com,- Laura Anna meninggal dunia dan keluarga memilih buat mengkremasi jasad perempuan 21 tahun itu. Suasana sedih dan pilu meliputi saat proses pelarungan abu Laura Anna di laut Ancol.

Semasa hidupnya, seperti yang dikenang pihak keluarga, Laura Anna merupakan sosok yang ceria dan sangat suka jalan-jalan ke pantai. Tercetus keinginan buat Laura Anna untuk bermain air di pantai setelah kondisinya membaik.

Sayangnya Laura Anna tak kesampaian melakukan keinginannya itu. Dia meninggal dunia di usia muda karena sakit usai menjalani tahun yang berat karena kondisi lumpuh akibat kecelakaan yang dialaminya bersama Gaga Muhammad.

Kesukaan Laura Anna pada laut dan pantai itulah yang menjadi alasan kenapa keluarga memilih melarungkan abu kremasinya ke laut.

“Ya kita kecil suka banget ke pantai emang, itu mungkin kenangan kecil paling bahagia kita. Jadi ini kenangan dia terakhir kalinya,” ungkap Greta Irene, kakak Laura Anna, saat ditemui di dermaga 15 Ancol, Jakarta Utara, pada Jumat (17/12/2021).

Proses pelarungan itu dihadiri oleh keluarga. Diakui Greta Irene sebenarnya suasana tak terlalu pilu di awal. Justru sangat cerita dan masih bisa tertawa mengenang bagaimana Laura Anna semasa hidupnya. Namun mendadak suasana berubah menjadi sendu.

Greta Irene tak kuasa menahan tangisnya sehingga akhirnya keluarga besar ikut berurai air mata. Hal itu kemudian diobati dengan untaian doa buat kepergian Laura.

Proses pelarungan abu juga disertai dengan tabur bunga. Tampak dalam potret ketika proses dilakukan, bunga berbagai warna terlihat ditabur ke lautan. Hanya sebagian dari abu kremasi Laura Anna yang dilarungkan hari ini. Sisanya bakal dipindahkan ke tempat yang layak oleh keluarga, meski kini masih disimpan di rumah duka.

Laura Anna yang suka jalan-jalan
Laura Anna adalah sosok yang doyan jalan. Pelarungan abu kremasinya di laut merupakan simbol keluarga dalam menghormati kesukaan Laura Anna.

“Dulu terakhir pas masih sehat dia masih bilang mau jalan-jalan ke pantai, dia masih mau ke pantai,” kenang Greta Irene.

Diharapkan, dengan dilarungkannya abu Laura Anna ke lautan, impian dan kesukaannya bisa tersampaikan. Ombak bisa membawanya serpihan tubuhnya ke mana saja sehingga dia pun dapat merasakan mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain.

“Karena dia suka jalan-jalan, dia mau kemana-mana. Kan kalau di laut kan luas dia bisa ke mana saja yang dia mau, dia suka banget laut emang, happy placenya Laura dulu selalu laut. Waktu kecil laura ke laut dari pagi sampai sore, hotel cuma buat tidur sisanya di laut semua,” tutup Greta Irene.

Di sisi lain, ibunda Laura Anna yaitu Ameilia Edelenyi yang memeluk keyakinan berbeda dengan sang putri menggelar doa secara Islam. Tahlilan disebut akan dilakukan di rumah Laura Anna.

“Ada (tahlilan) karena laura Kristen, tante Muslim, jadi ada 7 hariannya. Ada secara muslim di rumah,” ungkap Ameilia Edelenyi, ibunda Laura Anna di Grand Haven, Pluit, Jakarta Utara.

Sebagai ibu, Ameilia tak kuasa menahan kesedihannya. Kenangan tentang sang putri seperti masih melekat kuat dalam ingatannya.

Terlebih selama sakit, Ameilia selalu mengurus dan memandikan Laura Anna. Tentunya kepergian sang putri menjadi pukulan terberat. Meski demikian, doa tak berhenti terucap buat Laura dari sang ibunda.

“(Berdoa) yang terbaik pasti, ditempatkan dia paling indah. Dia kan berubah, sering bantu orang, menolong orang, dia tahu mungkin umurnya nggak panjang,” kenang ibunda Laura Anna.

“Lihat saja kan begitu baiknya dia sampai semua orang bantuin dia sampai pemakamannya ini begitu indah. Tante juga nggak nyangka. Pasti dia suka ini. Suka banget. Semuanya bagus, bersih, dia pasti suka, bajunya, sepatunya, yang dia suka semua,” ceritanya. (d.c/Intan)