Duterte Kecam Putin karena Bunuh Anak-anak dan Lansia di Ukraina

Jam : 17:47 | oleh -336 Dilihat
Presiden Filipina Rodrigo Duterte
Presiden Filipina Rodrigo Duterte

Manila,- Presiden Filipina yang akan mengakhiri masa jabatannya, Rodrigo Duterte, melontarkan kecaman untuk Presiden Rusia Vladimir Putin karena membunuh warga sipil tidak bersalah di Ukraina.

Seperti dikutip wartawan, Selasa (24/5/2022), Duterte dalam pidato terbarunya menyebut meskipun sama-sama disebut ‘pembunuh’, namun dirinya dan Putin berbeda.

“Banyak orang mengatakan bahwa Putin dan saya adalah sama karena kami membunuh orang-orang,” ucap Duterte dalam pidato terbaru pada Senin (23/5) malam waktu setempat, seperti dikutip kantor berita Philippines News Agency (PNA).

“Tapi saya membunuh para penjahat. Saya tidak membunuh anak-anak dan orang lanjut usia (lansia). Apa yang terjadi di Rusia dan Amerika itu berbeda dengan apa yang terjadi di sini,” tegasnya.

Dalam pidatonya, Duterte juga menegaskan dirinya tidak mengecam Putin sebagai ‘teman’, namun hanya membagikan sentimennya soal situasi di Ukraina.

“Putin adalah teman saya. Anda mengendalikan semuanya. Bagaimanapun, Anda benar-benar memulai keributan di sana. Kendalikan tentara Anda. Mereka mengamuk,” ujar Duterte dalam pernyataan yang tampaknya ditujukan untuk Putin.

Lebih lanjut, Duterte juga meminta Kedutaan Besar Rusia di Filipina untuk menyampaikan pesannya kepada Putin. Dia menegaskan bahwa menjadi kewajiban Putin untuk memastikan keselamatan orang-orang yang tidak bersalah.

“Kedutaan Besar Rusia, jika Anda mendengarkan, saya tidak ingin bertengkar dengan siapapun. Saya menyebut Putin adalah teman saya. Tapi … menjadi kewajiban moral Anda untuk memastikan bahwa warga sipil, yang tidak bersalah, warga lanjut usia, wanita … Mereka terlalu rentan,” cetusnya.

Pasukan Rusia dituduh melakukan serangkaian kejahatan perang dalam invasinya di Ukraina. Bukti-bukti menunjukkan adanya pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil yang berusaha kabur dari perang dan korban-korban ditemukan dengan tangan terikat di belakang.

Rumah sakit bersalin dan gedung teater yang dijadikan tempat pengungsian juga dilaporkan diserang oleh pasukan Rusia.

Pemerintah Rusia telah membantah keras tuduhan kejahatan perang dan mengklaim pasukannya tidak menargetkan warga sipil dalam serangannya. (Roni)