Puan Dinilai Mampu Persatukan Negara ASEAN Hadapi Dinamika Geopolitik

Jam : 10:16 | oleh -79 Dilihat
foto dokumen DPR
foto dokumen DPR

Jakarta, ToeNTAS.com,- Pengamat Hubungan Internasional, Anton Aliabbas menyoroti pernyataan Ketua DPR RI Puan Maharani yang menekankan mengenai ASEAN Solidarity dalam Sidang Umum ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) ke-44. Pernyataan Puan tersebut disampaikan di hadapan parlemen negara ASEAN yang hadir dalam Sidang Umum AIPA ke-44 di Jakarta.

Dalam kesempatan ini, Puan mengajak anggota AIPA untuk lebih solid, mencari persamaan di antara negara-negara ASEAN, dan berupaya memperkecil perbedaan.

Anton menilai pernyataan Puan mampu mempersatukan negara di Asia Tenggara dalam menghadapi persoalan geopolitik di kawasan. Ia juga menganggap Puan tepat membawa isu tersebut dalam sidang forum Parlemen se-Asia Tenggara tersebut.

“Pernyataan Ketua DPR Puan Maharani yang mendorong ASEAN solid dalam merespons dinamika geopolitik kawasan tentu saja semakin memberi kesan bahwa menjaga sentralitas ASEAN adalah krusial,” ujar Anton dalam keterangan tertulis, Selasa (8/8/2023).

Dalam berbagai kesempatan pada Sidang AIPA ke-44, Puan terus mengajak parlemen anggota AIPA untuk solid. Pasalnya, ada banyak tantangan multidimensi yang dihadapi oleh negara-negara Asia Tenggara.

Adapun salah satu hal yang disampaikan Puan adalah terkait kontribusi AIPA untuk menurunkan ketegangan (geopolitical tension) akibat persaingan antara kekuatan besar di Asia Tenggara.

Menurut Anton, pernyataan Puan harus direspons oleh parlemen-parlemen ASEAN. Apalagi posisi Puan sebagai Presiden AIPA 2023 berperanan besar untuk semakin didengar oleh kalangan pemimpin di Asia Tenggara.

“Sebab, dinamika geopolitik kawasan membuka ruang yang semakin besar terjadinya polarisasi antara pro Washington versus pro Beijing. Dan jika polarisasi ini menguat tentu akan dapat berdampak pada kohesivitas ASEAN itu sendiri,” terangnya.

Lebih lanjut, Dosen Universitas Paramadina itu pun menambahkan, pelibatan parlemen terhadap persoalan-persoalan global akan memberikan dampak krusial bagi masyarakat internasional.

Anton menjelaskan parlemen dapat memberi solusi persoalan di kawasan karena berperan dalam menyambung suara rakyat yang gelisah akibat berbagai krisis, misalnya dalam isu perdamaian, defisit pembangunan serta perubahan iklim seperti yang disampaikan Puan.

“Peran Parlemen perlu dikuatkan dalam mengambil peran terhadap tantangan di ASEAN. Dalam pertemuan bersama Parlemen Asia Tenggara, sudah tepat Puan menyatakan bahwa Parlemen perlu terlibat menangani berbagai permasalahan internasional, karena berbagai krisis global telah berdampak bagi rakyat,” ucapnya.

Selain soal tantangan geopolitik di kawasan, Anton mengungkapkan Puan juga mengangkat sejumlah isu pada Sidang AIPA ke-44. Beberapa di antaranya, isu pemberdayaan perempuan dan kalangan muda, hingga konflik Myanmar yang diharapkan menjadi perhatian anggota AIPA.

Anton mengatakan problem internal kawasan yang dihadapi ASEAN seperti konflik Myanmar tetap membutuhkan perhatian dari seluruh negara di Asia Tenggara. Oleh karena itu, ia menilai Puan sangat mengerti permasalahan di ASEAN sehingga mendorong implementasi konsensus lima poin penyelesaian konflik Myanmar di Sidang Umum AIPA.

“Sejauh ini, junta Myanmar masih resisten dengan formula yang ditawarkan ASEAN. Konsensus 5 Poin masih belum terlihat efektivitasnya. Oleh karena itu, langkah memperkecil ruang perbedaan di tubuh ASEAN mau tidak mau harus tetap diupayakan,” imbuh Anton.

Soal keketuaan Indonesia di ASEAN, Anton menilai dukungan persatuan yang selalu digaungkan akan menambah nilai Indonesia baik di kalangan Asia Tenggara maupun di lingkup dunia.

“Dan sebagai ‘natural leader’ di ASEAN, kiprah nyata Indonesia dalam menegaskan dan menguatkan sentralitas ASEAN selalu ditunggu,” ungkapnya.

Head of Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) ini menambahkan, di sela Sidang Umum AIPA ke-44, Puan juga melakukan berbagai pertemuan khusus dengan sejumlah delegasi parlemen. Hal ini termasuk parlemen dari negara-negara observer.

Tak hanya itu, Puan juga mendukung peningkatan kerja sama Indonesia dengan negara-negara di berbagai sektor, seperti dalam bidang pendidikan, ekonomi, perdagangan, hingga politik dan keamanan.

Anton pun menyoroti isu yang dibawa Puan saat bilateral meeting dengan delegasi Maroko. Dalam pertemuan ini, Puan mengajak Maroko konsisten bersama Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

“Penyuaraan dukungan kemerdekaan Palestina dalam pertemuan bilateral dengan Maroko oleh delegasi DPR yang dipimpin Puan Maharani patut diapresiasi,” jelas Anton.

Menurutnya, langkah diplomasi parlemen yang dilakukan Puan telah tepat. Sebab, Puan memiliki peran dalam pengupayaan kemerdekaan Palestina melalui jalur diplomatik.

“Bagaimanapun juga upaya-upaya diplomatik untuk menjadikan Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat tetap harus dilakukan terus menerus,” ungkapnya.

“Semangat dan komitmen seperti ini sejatinya memang harus terus menerus dilakukan dalam berbagai forum bilateral dan multilateral. Dengan begitu, kita tetap merawat ingatan publik bahwa Indonesia selalu menyuarakan kemerdekaan Palestina,” sambungnya.

Sementara itu Puan juga meminta parlemen anggota AIPA untuk aktif mengatasi berbagai krisis di kawasan ASEAN. Pesan ini pun terus diingatkan Puan selama Sidang Umum AIPA ke-44.

“Kita bertemu di saat dunia sedang berada ketegangan di persimpangan jalan. Di sekitar kita, di Asia Tenggara, kita mengalami geopolitik semakin meningkat. Di tingkat global, pertumbuhan ekonomi sedang melambat. Dan dampak pemanasan global terus memburuk,” ucap Puan.

Mantan Menko PMK ini pun menjelaskan berbagai krisis regional dan global telah menjadi ujian bagi soliditas ASEAN. Oleh sebab itu, ia menilai Sidang Umum AIPA ke-44 perlu mendukung ASEAN unity and centrality yang memiliki tantangan karena meningkatnya persaingan antara kekuatan besar.

“Kerja sama antarnegara merupakan kunci dalam menyelesaikan tantangan global. Dalam hal ini, AIPA dapat berkontribusi menyelesaikan berbagai tantangan tersebut,” kata Puan.

Puan mengungkapkan dinamika perkembangan geopolitik ke depan akan semakin kompleks dan memunculkan berbagai keadaan new normal. Untuk itu, ia berharap negara-negara ASEAN dapat lebih solid.

“Untuk mencari persamaan di antara negara-negara ASEAN dan berupaya memperkecil perbedaan,” sebutnya.

“Marilah kita bekerja bersama menjaga Asia Tenggara yang kondusif untuk mewujudkan kehidupan masyarakatnya yang tenteram, maju, dan sejahtera. ASEAN kuat, karena bersatu. ASEAN bersatu, karena kuat. One ASEAN family, together we are one,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Sidang Umum AIPA ke-44 berlangsung sejak 5-11 Agustus mendatang. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua dan Anggota Delegasi Anggota AIPA minus Myanmar, Sekretaris Jenderal AIPA, 18 negara observer dan tamu, serta 10 organisasi internasional.

Event bergengsi di ASEAN ini merupakan salah satu puncak keketuaan DPR RI di AIPA, sejalan dengan keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023. Bertindak sebagai tuan rumah, DPR RI mengusung tema ‘Responsive Parliaments for a Stable and Prosperous ASEAN’ yang merupakan komitmen parlemen ASEAN untuk ikut menciptakan perdamaian dan kesejahteraan di Asia Tenggara. (d.c/Wulan)