Lagi-lagi Anies Singgung IKN, Sebut Hanya Untungkan ASN

Jam : 08:42 | oleh -142 Dilihat
Anies Baswedan
Anies Baswedan

Jakarta, ToeNTAS.com,- Capres nomor urut 1, Anies Baswedan mengkritik Ibu Kota (IKN) Nusantara. Anies menilai pembangunan IKN hanya dirasakan beberapa kalangan saja yakni para aparatur negara dibandingkan masyarakat.

Kritik itu disampaikan Anies dalam acara diskusi bertajuk ‘Indonesia and the World: 1 Jam Bersama Anies’ di Conference on Indonesian Foreign Policy 2023 (CIFP 2023) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (2/12/2023). Mantan Wamenlu RI dan Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mulanya menanyakan soal keterlibatan pihak asing di pembangunan IKN.

“Bagaimana pandangan tentang ini? Should it be part of diplomacy, big agenda, atau ini dalam negeri, kita jaga sendiri dengan kemampuan kita?” tanya Dino.

Anies lantas melontarkan pertanyaan balik kepada Dino dan seluruh hadirin. “Mungkin tanya sama para Dubes (Duta Besar) juga di sini. Ada rencana pindahin kantor embassy-nya atau nggak ya?,” ujar Anies, disambut gelak tawa para hadirin.

Anies lebih mementingkan penguatan sarana pendidikan dan kesehatan. Dia mengatakan IKN hanya dirasakan manfaatnya oleh para aparatur negara.

“Karena, kalau kami lihat manfaat dari fasilitas kesehatan itu akan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, tetapi kalau di sini (IKN), dirasakan oleh aparat negara yang nanti bekerja untuk negara,” kata Anies.

Anies menilai pembangunan kota baru di Indonesia masih belum terlalu penting selama pemenuhan infrastruktur mendasar masih belum merata di seluruh daerah. Ia juga mengaku pernah ditanya oleh seorang ibu tentang pembangunan IKN.

“Pak, kalau saya, di rumah saya ini anak-anak masih perlu uang buat sekolah, dan harus membiayai kredit motor, serta masih membiayai kebutuhan rumah tangga. Lalu, uang saya terbatas. Masa saya harus mengambil kredit untuk rumah baru?” kata Anies menirukan jawaban ibu yang bertanya kepadanya tersebut.

Menurut Anies, Indonesia masih memerlukan upaya pemerataan pembangunan, terutama pada fasilitas mendasar, seperti sarana kesehatan dan pendidikan. Oleh karena itu, dia akan memprioritaskan pembangunan paling mendasar supaya bisa dirasakan oleh semua masyarakat di Indonesia.

“Simpel sekali, tetapi itu sama seperti pertanyaan tadi, dalam situasi masih harus menyelesaikan beberapa PR yang penting. Nampaknya, itu yang harus kami prioritaskan. Jadi, kalau saya melihat konteksnya internasional, maka dukungan internasional lebih baik untuk membangun fasilitas kesehatan yang baik di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Kritik Anies terhadap IKN bukan kali ini saja di sampaikan. Dia juga mengkritik IKN saat acara dialog terbuka Muhammadiyah di UMS Surakarta, pada Rabu (22/11). Anies ditanyakan oleh para panelis acara tersebut apakah pembangunan IKN prospektif bagi Indonesia.

Anies lantas menjawab bahwa tujuan membangun kota baru tidak akan menghasilkan pemerataan baru. Menurutnya, pembangunan kota baru hanya membuat ketimpangan dengan daerah sekitarnya.

“Yang IKN tadi, saya numpang jawab statement itu. Ketika tujuan membangun kota baru dan ibu kota baru adalah dengan alasan pemerataan, maka itu tidak menghasilkan pemerataan yang baru, mengapa? Karena itu akan menghasilkan sebuah kota baru yang timpang dengan daerah-daerah di sekitarnya,” jawab Anies.

Anies menyebutkan, jika tujuan IKN memeratakan pembangunan Indonesia, yang harus dilakukan ialah membangun kota kecil menjadi menengah dan menengah menjadi besar di Indonesia.

“Jadi antara tujuan mau memeratakan Indonesia tidak, kalau mau memeratakan Indonesia, maka bangun kota kecil jadi menengah, kota menengah menjadi besar di seluruh wilayah Indonesia, bukan hanya membangun satu kota di tengah-tengah hutan,” ucapnya.

Anies menilai langkah membangun IKN justru bermasalah. Dia menilai langkah yang dilakukan pemerintah tidak nyambung dengan tujuannya.

“Karena membangun 1 kota di tengah hutan itu sesungguhnya menimbulkan ketimpangan yang baru. Jadi antara tujuan dengan langkah yang dikerjakan itu nggak nyambung. Kami melihat di sini problem, karena itu ini harus dikaji secara serius karena tujuan kita Indonesia yang setara, Indonesia yang merata, argumennya sama, tapi menurut kami langkahnya bukan dengan membangun satu kota, tapi justru dengan membesarkan seluruh kota yang ada di seluruh Indonesia,” tuturnya. (d.c/Nana)