Cara Menstimulasi Kecerdasan Anak di Masa Emasnya

Jam : 01:00 | oleh -84 Dilihat

ToeNTAS.com,- Usia balita kerap dinamakan dengan the golden age, alias masa emas.

Mengapa? Di usia inilah perkembangan otak anak sedang berkembang dengan pesat.

Pada masa ini, otak bak spons yang dapat menyerap banyak informasi dari lingkungannya dengan cepat.

Semakin banyak informasi bermanfaat diserap, semakin cerdaslah anak.

Apa sajakah aspek perkembangan yang perlu distimulasi?

Di antaranya stimulasi fisik dengan asupan nutrisi yang tepat, stimulasi kognisi sehingga aspek kecerdasannya optimal, stimulasi motorik agar fisiknya terampil, stimulasi sosial supaya pandai bergaul, juga stimulasi emosi agar anak mengenal berbagai emosi seperti marah, sedih, senang, cemburu, dan lain-lain.
CARA MENSTIMULASI ANAK AGAR ANAK CERDAS

Nah, stimulasi di atas sangat penting, dan perlu didukung dengan cara yang tepat.

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan proses belajar dan perkembangan anak di masa emasnya:

1. Biarkan Anak Bereksplorasi

Tak bisa diam, itulah gaya Si Kecil.

Mereka memang sedang senang-senangnya beraktivitas.

Segala macam benda mau diraihnya dan semua sudut ingin dijelajahinya.

Hal ini disebabkan dorongan rasa ingin tahu dan ingin mencoba segala sesuatu pada dirinya begitu besar.

Di sisi lain, ia belum tahu arti bahaya, sehingga bisa jadi gampang cedera.

Tak heran bila orangtua lantas sibuk melarang ini dan itu atau bahkan marah kepada anak.

Padahal, terlalu banyak melarang menyebabkan kecerdasan anak tak berkembang.

Dengan bereksplorasi, orangtua secara tidak langsung sudah memberikan stimulasi fisik, stimulasi sosial, dan stimulasi emosi dengan baik.

Untuk itu, orangtua sebaiknya membiarkan anak bereksplorasi.

Ingat, anak belajar lewat eksplorasi.

Hal yang perlu dilakukan orangtua adalah menciptakan tempat yang aman untuk bereksplorasi.

Pastikan tidak ada benda-benda kecil, benda tajam, atau berbagai hal lain yang membahayakan anak.

2. Kenalkan Si Kecil dengan Learning Buddy

Saat belajar, anak membutuhkan teman belajar (learning buddy).

Dengan learning buddy, anak dimungkinkan untuk belajar dengan cara yang lebih menyenangkan.

Misalnya, saat anak tidak mau belajar, orangtua bisa coba membujuk dengan bermain peran menggunakan boneka tangan dengan karakter favorit Si Kecil.

Jadikan karakter itu sebagai teman belajar Si Kecil.

Buat percakapan antara Ibu dan teman belajarnya. “Kok kamu enggak mau belajar?” tanya Ibu. “Lagi malas belajar,” jawab si boneka.

Nah, Ibu menunjukkan serunya belajar bersama teman melalui permainan.

Dengan adanya teman belajar (learning buddy) seperti di atas, Ibu tentu lebih mudah menarik perhatian anak-anak.

Bersama teman belajar yang difavoritkan anak, Si Kecil juga bisa diarahkan untuk lebih berani bereksplorasi di lingkungannya, lebih aktif mencoba hal-hal baru, dan lebih termotivasi untuk memuaskan rasa ingin tahunya.

Teman belajar dapat menjadi role model (teladan) saat beraktivitas.

Apalagi jika sosok teman belajar itu memiliki karakter lucu dan menyenangkan, anak-anak bisa menjalani proses belajar yang lebih seru dan ceria.

3. Puaskan Rasa Ingin Tahu Anak

Anak banyak bertanya karena ia tengah mengembangkan kemampuan bahasa dan logikanya.

Dari aspek kognitif, ia sedang banyak mencari tahu dan mengeksplorasi lingkungannya.

Mula-mula ia akan bertanya bertanya tentang “apa”. Seiring usia bertambah, ia makin memahami fakta-fakta yang ada di lingkungannya.

Rasa ingin tahunya dikembangkan dengan pertanyaan “mengapa”, yang membutuhkan penjelasan dan nalar.

Agar kecerdasan anak semakin optimal, orangtua perlu menanggapi pertanyaan anak secara positif.

Sekalipun tak tahu jawabannya, lebih baik orangtua tidak memarahinya karena ia bisa jadi akan “kapok” bertanya.

Akibatnya, kemampuan berpikir kritis dan kreativitas anak jadi terhambat dan akhirnya padam.

Pertanyaan anak-anak biasanya spontan, tak diduga, dan kadang menggemaskan, sehingga membuat orangtua tergelak sekaligus kebingungan untuk memberikan jawaban tepat.

Hanya saja, orangtua tetap harus menanggapi.

Seandainya tidak tahu, hindari memberikan jawaban sekenanya.

Alangkah lebih baik jika orangtua mengatakan, “Nanti Mama cari tahu dulu ya.” (nak.gr.i/R)