Red Alert Corona dari Daerah Penyangga Jakarta

Jam : 14:31 | oleh -176 Dilihat
ilustrasi
ilustrasi

Jakarta, ToeNTAS.com,- Salah satu daerah penyangga DKI Jakarta, Tangerang Selatan atau Tangsel, menyatakan red alert kondisi penanganan COVID-19. Kondisi rumah sakit di Tangsel terkini dinyatakan hampir penuh di tengah pandemi Corona.

22 rumah sakit rujukan COVID-19 di Tangsel menurut Wali Kota Benyamin Davnie sudah hampir penuh. Tingkat keterisian rumah sakit tersisa hampir seperempat saja.

Dilansir dari detik.com, “Bed occupancy ratio (BOR) sudah 74 persen,” kata Benyamin Davnie kepada wartawan, Jumat (18/6/2021).

Sementara ruang perawatan untuk pasien terkonfirmasi COVID-19 menipis. Hal ini disebabkan penularan virus Corona masih terus terjadi di Tangsel.

“Ini mengkhawatirkan karena tingkat penularan positivity rate kita masih 5 persen, ini tinggi,” kata Benyamin.

“Ini sudah red alert,” ujarnya.

Benyamin Davnie mengimbau warga Tangsel agar menunda acara resepsi pernikahan alias kondangan. Pemkot Tangsel, kata Benyamin, akan mengeluarkan surat edaran terbaru.

“Saya akan menerbitkan surat edaran. Beberapa kegiatan kemasyarakatan akan kita antisipasi, misalnya resepsi pernikahan akan kita batasi. Kita minta masyarakat menunda resepsi,” kata Benyamin.

Resepsi pernikahan berarti akan menimbulkan kerumunan orang. Di sisi lain, penularan virus Corona perlu dicegah, apalagi tingkat keterisian ranjang rumah sakit di Tangsel nyaris 75 persen.

“Kegiatan yang lain, salat jemaah harus 50 persen dari kapasitas masjid,” kata Benyamin.

Sedianya Pemkot Tangsel akan menerapkan pembelajaran tatap muka sekolah pada awal Juli. Namun, kondisi COVID-19 di Tangsel malah memburuk, rencana itu akan diurungkan.

“Sekolah, kita akan menunggu perkembangan COVID-19. Kami belum membuka sekolah, meski tadinya mau membuka awal Juli, tapi dengan kondisi begini maka kita akan tahan dulu rencana itu,” kata dia.

Pemkot Tangsel juga akan mengkaji peningkatan pengaturan keterisian perkantoran. Saat ini, Tangsel masih menerapkan aturan 50 persen kerja di kantor (work from office/WFH) dan 50 persen kerja dari rumah (work from home/WFH).

“Dari awal, perkantoran 50 persen WFH. Kita akan kaji apakah akan naik WFH 75 persen dan WFO hanya 25 persen,” kata dia.(Mega)