4 Fakta Tragis Balita Dibunuh Ayah Tiri di Pulogadung

Jam : 06:34 | oleh -134 Dilihat
foto
foto

Jakarta, ToeNTAS.com,- Sungguh kejam kelakukan CH, pria ini tega menganiaya anak tirinya MA alias A (2) hingga tewas. Jasad balita tak berdosa itu lalu dibuang CH ke Kali Cakung, Pulogadung, Jakarta Timur.

Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Arie Ardian mengatakan kasus pembunuhan ini terungkap saat jenazah korban ditemukan di Kali Cakung pada Selasa 7 Juli 2020.

Polisi turun tangan menyelidiki dan menemukan sejumlah kejanggalan atas kematian korban.

Polisi memeriksa sejumlah saksi, termasuk ibunda korban.Hasil pemeriksaan itu mengerucut kepada pelaku. CH akhirnya dibekuk aparat Polres Metro Jakarta Timur di Bogor.

CH dikenai pasal 80 ayat 3 UU RI nomor 25 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Berikut 4 Fakta tragis balita dibunuh ayah tiri di Pulogadung:

Dipukuli dengan Tongkat Alumunium

Tanpa belas kasihan, CH diketahui kerap menganiaya balita MA. Kejadian tragis tersebut terjadi ketika korban hanya berdua dengan ayah tirinya di rumah.

“Berdasarkan pendalaman dan pengakuan dari tersangka serta alat bukti yang kita sita, korban telah mengalami kekerasan fisik dengan dipukul menggunakan tongkat alumunium,” kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Arie Ardian kepada wartawan, Senin (20/7/2020).

Arie menyebutkan pelaku memukul beberapa bagian vital korban dengan menggunakan alumunium hingga akhirnya korban meninggal.

“(Korban) dipukul menggunakan tongkat alumunium di bagian dada, punggung, kaki dan di bagian muka sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia,” terang Arie.

Tidak hanya itu, pelaku pernah melakukan tindak kekerasan lainnya kepada korban dengan cara menyundut telapak kaki korban yang masih balita tersebut dengan menggunakan rokok.

“Disundut telapak kaki korban dengan menggunakan rokok, lalu memukul mata, bibir, serta dagu korban dengan menggunakan tangan. Hal itu dikuatkan dengan hasil autopsi dari Rumah Sakit Polri Kramat Jati,” jelas Arie.

Jasad Balita Dibuang ke Kali Cakung

Setelah tidak bernyawa, jenazah MA lalu dibuang CH ke Kali Cakung, Pulogadung, Jakarta Timur.

“Kan tanggal 5 Juli (2020) disiksanya sampai meninggal. Kemudian dibuang di sungai Cakung tanggal 6 dini hari, ya. Nah, pas tanggal 7 baru ditemukan masyarakat, baru lapor polisi,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Imron Ermawan ketika dihubungi wartawan, Selasa (21/7/2020).

Hermawan mengatakan pelaku juga mencoba melarikan diri usai membuang jasad korban. Polisi kemudian menangkap pelaku di daerah Bogor.

Pelaku Kesal Istrinya Kerap Tidak Pulang

Balita MA menjadi pelampiasan amarah ayah tirinya yang kesal dengan istrinya yang merupakan ibu kandung MA.

“Motif tersangka melakukan tindak kekerasan karena merasa kesal dengan istri sirinya yang merupakan ibu dari korban sehingga melampiaskan kemarahan kepada anak tirinya,” kata Kapolres Jaktim Kombes Arie Ardiyan kepada wartawan, Senin (20/7/2020).

Arie menjelaskan pelaku kesal kepada istirnya karena merasa istrinya tersebut kerap tidak pulang ke rumah.

Persoalan himpitan ekonomi juga menjadi alasan pelaku melakukan penganiayaan kepada korban anak tirinya itu.

“Kekesalannya itu karena istrinya sering tidak pulang berdasarkan keterangan dari tersangka dan juga ada masalah ekonomi, sehingga tersangka melampiaskan kekesalannya kepada anaknya,” lanjutnya.

Pelaku Pun Ancam Bunuh Ibu Korban

CH meminta istrinya tidak melapor ke polisi. “Benar, pelaku setelah melakukan (pembunuhan) sempat mengancam istrinya ya. Bilang jangan ngadu-ngadu, jangan lapor polisi, diam saja atau kamu saya bunuh,” kata Kanit Reskrim Polsek Cakung AKP Tom Sirait ketika dihubungi detikcom, Selasa (21/7/2020).

Menurut Tom, biduk rumah tangga CH yang berjalan 1 tahun tidak harmonis. Bahkan, beberapa kali istrinya memilih pulang ke rumah ibunya. Pelaku emosi dengan tindakan istrinya yang sering meninggalkan rumah.

Lalu, melampiaskan kekesalan kepada anak tirinya yang tinggal bersama dengan pelaku.

“Istrinya pergi kerja, pulang kerja nggak dapat duit dimarahin. Kadang-kadang istrinya pulang ke rumah ibunya juga. Di situ lah (pelaku) jadi emosi itu. Anaknya kan dijagain pelaku,” sebut Tom. (det.c/p)