Pemerintah Swiss Akui Blunder Remehkan Covid di Awal Pandemi

Jam : 07:35 | oleh -235 Dilihat
foto
foto

Jakarta, ToeNTAS.com,- Menteri Kesehatan Swiss Alain Berset mengakui kesalahan pemerintahan negara itu yang meremehkan virus corona (Covid-19) di awal pandemi tersebut mulai menulari seluruh dunia pada awal tahun ini.

Dilansir dari cnnindonesia.com, Pernyataan itu disampaikan Berset saat menjawab pertanyaan dari kantor berita Swiss, SRF, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (26/12).

“Ada beberapa,” jawab Berset atas pertanyaan mengenai kesalahan pemerintah Swiss dalam menangani Covid-19.

Oleh karena itu, Berset menegaskan pemerintah Swiss tak akan jatuh pada lubang yang sama untuk menghadapi risiko terjadinya pandemi Covid-19 gelombang kedua. Diketahui, saat ini kawasan Eropa tengah terancam menghadapi gelombang kedua Covid-19.

Pada Maret lalu, ketika gelombang pertama pandemi tengah terjadi, Swiss belumlah terkena penularan yang hebat seperti apa yang telah terjadi di sejumlah besar negara Eropa saat itu. Oleh karena itu, pemerintah Swiss pun kala itu tak langsung memperketat perjalanan dari luar negeri.

Namun, langkah menyepelekan itu kemudian berakhir fatal karena peningkatan penularan dan kematian akibat Covid-19 di Swiss berkali-kali lipat.

“Saat musim panas lalu, kami merasa bahwa yang terburuk akan berakhir. Kami pun terlalu longgar. Dan, ketika kami jauh terlalu optimistik dengan berpikir kami bisa membuka kembali ajang-ajang [olahraga] besar pada musim gugur,” kata Berset merujuk pada pertandingan sepakbola dan hoki es.

Hasilnya, pada awal November lalu, Jenewa–kota terpadat kedua di Swiss–menjadi penularan paling buruk per kapitanya di Eropa.

Dengan populasi 8,6 juta jiwa, Swiss mencatat angka yang sangat tinggi sekitar 5.000 kasus baru dan 100 kematian setiap hari.

“Langkah yang diambil Swiss harus dibayar mahal. [Untuk menangani Covid-19] Itu membutuhkan tanggung jawab pribadi dan pandangan ke depan dari semua orang. Jika itu tidak berhasil, kami harus memperketat langkah-langkahnya. Kami melakukan itu,” kata Berset.

Diketahui, dari Selasa (22/12) lalu, bar-bar dan restoran-restoran di Swiss mulai ditutup kembali sebagai bagian dari upaya menekan pandemi.

Berset mengatakan dalam membuat keputusan selama krisis, dia mengaku pada akhirnya harus mengandalkan keberanian firasat.

“Dalam mengatasi krisis, bagian terburuknya adalah tidak melakukan apa-apa, terjebak dan tunduk padanya. Yang pasti, jika Anda membuat kesalahan, Anda harus memperbaikinya secepat mungkin,” katanya.

Salah satunya, adalah memulai proses vaksinasi sejak Rabu (27/12) lalu dengan target pertama adalah warga lansia untuk menerima suntikan pertama. Vaksin yang digunakan dan telah ditetapkan Kemenkes Swiss untuk digunakan di negara itu adalah produk Pfizer-BioNTech disahkan.

Meskipun demikian, ia memaklumi bahwa vaksin bukanlah panasea atau obat ampuh mengatasi pandemi Covid-19.

“Virus ini tidak akan hilang dalam waktu dekat. Ia akan tetap ada, meskipun telah divaksinasi dan pengobatan yang lebih baik,” kata Berset.

“Kemudian ada konsekuensi dari krisis, yang seharusnya tak bisa diremehkan: konsekuensi ekonomi, juga sosial,” imbuhnya.

Dalam kaitannya untuk kembali membangkitkan masyarakat setelah pandemi, Berset mengatakan, “Ketakutan saya adalah kita akan kehilangan kesempatan ini.”

Atas dasar itu, ia pun berharap dunia bersatu untuk menangani pandemi Global ini. Dia pun menekankan pada keberadaan badan kesehatan dunia (WHO) yang menjembaani seluruh negara di dunia dalam menangani pandemi global ini.

“Tanpa WHO, segalanya akan menjadi lebih buruk sekarang,” kata Berset. (egi)