Catatan Pengamat Transportasi soal Ganjil-Genap yang bagai Simalakama

Jam : 13:46 | oleh -174 Dilihat

JAKARTA, ToeNTAS.com,- Satu bulan lagi Jakarta akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Persiapan pun intens dilakukan berbagai instansi pemerintahan, termasuk persiapan dalam menangani kemacetan lalu lintas. Penetapan kebijakan ganjil-genap yang diperluas hingga menjangkau jalan arteri dipilih sebagai solusi agar bisa menekan volume mobil pribadi. Bahkan, waktu pelaksanaanya pun dibuat lebih panjang, yakni 15 jam dalam satu hari dan diberlakukan mulai Senin hingga Minggu.

Menyoal masalah ini, pengamat transportasi yang juga Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi (MTI) Darmaningtyas berpendapat bahwa kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang sulit sekaligus dilematis. “Dilematisnya itu begini, kalau tidak dilakukan (ganjil-genap) berarti mengejar waktu tempuh 30 menit dari wisma ke venue tidak mungkin, akibatnya bisa digugat oleh atlet atau penyelenggara. Tapi kalau diterapkan meluas, mungkin bisa masyarakat yang menggugat,” papar dia saat dihubungi wartawan, Senin (2/7/2018).

Ia menyampaikan bahwa kemungkinan warga menggugat atau class action sangat mungkin terjadi, apalagi bila warga tidak bisa mengerti soal kepentingan penerapan kebijakan tersebut. Bila muncul gugatan warga, kata Darma, hal itu wajar karena efek kebijakan lalu lintas tersebut menyasar ke masyarakat, khususnya pengguna jalan raya. Ditambah lagi beberapa jalan arteri yang terdampak itu berdekatan dengan permukiman warga yang biasa melintasi area tersebut. “Yah problemnya bila masyarakat tidak mengerti dan tidak bisa menerima kebijakan itu.

Seperti buah simalakama, tetapi sebenarnya masih ada opsi lain, yakni jangan berfokus pada wisma para atlet itu tapi lebih ke venue-nya,” ucap dia. Darma menilai, selama ini pemerintah selalu berpatokan pada jarak wisma atlet ke venue pertandingan. Padahal, kata dia, langkah paling mudah untuk mengurangi risiko keterlambatan atau mengejar waktu adalah mendekatkan atlet dengan venue. “Semakin dekat dengan venue maka makin memangkas risiko, terutama soal masalah waktu. Jangan berpatokan atau berkonsentrasi bawah pemerintah sudah menyiapkan wisma, tapi pikirkan dari hal yang terkecil dulu, karena venue dan wisma itu cukup jauh,” kata dia.

Lebih lanjut, Darma mengingatkan, selain hal teknis, ada-ada hal lain yang sebenarnya kurang diperhatikan, seperti waktu atlet berangkat dari wisma menuju venue.Begitu juga saat balik dari venue ke wisma. “Tidak mungkin tidak macet meskipun itu sudah diterpakan ganjil genap, waktu atlet berangkat bersamaan dengan orang kerja, begitu juga saat pulang.

Kalau diprioritaskan atletnya, pasti masyarakat yang teriak,” ucap dia. Baca juga: Semoga Ganjil-Genap Enggak Bikin Macet, Malu Dilihat Atlet Negara Lain Belum lagi hal sepele yang menyita waktu seperti ketika atlet turun dari lift di wisma atlet. Mereka mereka berbondong-bondong turun untuk berangkat ke venue yang diprediksinya akan mengakibatkan antrean kemudian memakan waktu. “Coba bayangin, kira-kira pada 10.000 orang yang akan keluar dalam waktu yang bersamaan, pasti sudah macet. Keluar dan naik lift saja sudah bakalan antre, karena semua ingin cepat-cepat,” kata dia. (kom.c/citra)