Ditinggal Nadiem Makarim, Begini Kondisi Gojek

Jam : 12:47 | oleh -97 Dilihat

Jakarta, ToeNTAS.com,-  Nadiem Makarim hari ini ramai dibicarakan karena ditawari kursi menteri oleh Presiden Joko Widodo dan mundur dari Gojek yang dia dirikan sejak 2011 lalu. Perusahaan tersebut bertumbuh pesat, aplikasinya saat ini sudah diunduh 155 juta kali oleh pengguna.

Michael Say selaku VP Corporate Affairs Gojek mengatakan bangga ketika Nadiem dipanggil ke istana dan ditawari jadi menteri. Ia menjelaskan sejarah singkat berdirinya Gojek yang cukup menginspirasi.

Gojek awalnya bukanlah penyedia jasa ojek online berbasis aplikasi namun justru berbasis call center dengan operator. Nadiem mengawali usaha itu karena ia sering menggunakan ojek pangkalan ketika bekerja dan ia melihat peluang tersebut.

“Dari ceritanya itu dimulai dari garasi 3×5 meter di Bilangan Kebayoran Lama. Jadi mas Nadiem juga yang menerima telepon order kemudian menghubungi tukang ojek, mau diambil tidak ordernya,” kata Michael saat berkunjung ke Semarang, Senin (21/10/2019).

Layanan tersebut ternyata diminati meski saat itu sulit mencari investor. Seiring berjalannya waktu, aplikasi Gojek diluncurkan tahun 2015. Saat itu ada 3 layanan yaitu Go-ride, Go-send, dan Go-shop. Berbagai layanan terus dikembangkan termasuk Go-food. “Tahun 2016-2017 ada Go-car dan Go-pay,” tandasnya.

Tahun 2017, Gojek sudah menjadi unicorn dan masih terus berkembang. Tahun 2018 Gojek ekspansi ke luar negeri yaitu Vietnam dan Singapura. “Di Vietnam kita ada Goviet. Kalau di Singapura kita tidak perlu unduh aplikasi baru lagi, di sana ada Gocar,” ujar Michael.

Tahun ini, Gojek kembali melakukan ekspansi yaitu ke Filipina dan Thailand. Untuk Filipina belum melayani jasa antar, namun baru untuk layanan dompet digital.

Dengan perkembangan Gojek saat ini, lanjut Michael, tercatat aplikasinya sudah terunduh 155 juta kali termasuk di luar negeri. Di Indonesia Gojek sudah hadir di 207 Kota Kabupaten dan memiliki lebih dari 1,7 juta mitra Gojek.

“Untuk di Indonesia sudah diunduh 135 juta kali dengan asumsi satu orang tidak hanya memiliki 1 smartphone. Untuk Go-food sudah ada 300 ribu merchant lebih,” tegasnya.

Go-food menjadi salah satu layanan yang tumbuh pesat bahkan berdampak pada UMKM bidang kuliner. Merchant yang tergabung di Go-food 80 persen merupakan UMKM dan sisanya adalah merchant besar.

“Dalam 6 bulan terakhir, tercatat jumlah transaksi Go-food meningkat dua kali lipat mencapai lebih dari 50 juta transaksi di seluruh Asia Tenggara setiap bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis layanan pesan-antar makanan lewat Go-food masih memiliki potensi yang sangat besar untuk terus berkembang,” jelasnya.

Perkembangan Gojek terus dilakukan bahkan kini di kota Semarang, pembayaran PBB, RSUD, 37 Puskesmas, Bus Trans Semarang bisa dengan aplikasi Gojek. Memberi tip pada pemusik jalanan pun bisa menggunakan Gopay. “Selain Jakarta, ketika ke daerah, Semarang itu selalu kami jadikan contoh sebagai best practice,” ujarnya.

“Ya kami juga berharap bisa berkolaborasi dengan Provinsi Jawa Tengah,” imbuh Head Regional Corporate Affairs Gojek Indonesia Wilayah Jateng, Arum K. Parsodjo.

Sementara itu dengan mundurnya Nadiem, Michael menjelaskan kan dipimpin oleh 2 orang yang sudah ditentukan.

“Gojek akan menghadirkan pemimpin baru. Andre Soelistyo, Presiden Gojek Grup dan Kevin Aluwi, co-founder Gojek akan berbagi tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan sebagai co-CEO, dengan fokus membawa perusahaan ke tahap selanjutnya,” kata Michael. (det.c/C)