Sarasehan Perdamaian Maluku, JK Ingatkan Bahaya Politisasi Agama

Jam : 22:38 | oleh -94 Dilihat

Jakarta, ToeNTAS.com,- Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri Sarasehan Nasional tentang belajar dari resolusi konflik di Maluku. JK mengatakan konflik Maluku yang terjadi di masa lalu karena masalah ekonomi dan politik.

JK menjelaskan banyak pihak menyebut konflik di Maluku karena masalah agama. Padahal, menurut JK, konflik Maluku terjadi karena masalah ekonomi dan politik yang kemudian dibawa ke isu agama.

“Apabila berbicara tentang konflik Maluku, banyak orang menyangka itu konflik agama. Memang pada akhirnya adalah konflik agama, tapi sebabnya bukan konflik agama,” kata JK di Hotel JS Luwansa, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (10/7/2018).

JK kemudian menceritakan kehidupan beragama yang harmonis di Maluku di masa lalu. Masyarakat Maluku kala itu menggantungkan hidup pada hasil perikanan laut, cengkih, dan rempah-rempah.

“Tahun 1992 terjadi penurunan harga cengkih. Ada yang memonopoli cengkih, maka harga cengkih turun drastis,” ujarnya.

Turunnya harga cengkih itu membuat pendapatan masyarakat menurun dan menimbulkan kemiskinan. Hal tersebut terjadi selama beberapa tahun dan membuat ketidakseimbangan di masyarakat.

“Di lain pihak, banyak pendatang pekerja kasar, orang Makassar jadi tukang becak. Tapi kemudian karena raji, mereka menjadi pedagang di pasar, sehingga jadi ekonomi sebagian dilaksanakan oleh pendatang,” ucapnya.

Pemicu lainnya, pada saat yang bersamaan pada 1998 terjadi reformasi yang membuat sistem politik menjadi terbuka. Maka timbullah ketidakharmonisan karena demokrasi yang terbuka.

“Kesalahannya ialah karena politik, ini supaya jadi pelajaran. Terjadilah kemudian gubernur, sekda, ketua DPR semua muslim. Wagub orang Katolik sehingga terjadilah ketidakseimbangan, jadi hasilnya terjadilah ketidakseimbangan ekonomi dan politik di masyarakat,” paparnya.

Setelah masalah ekonomi politik timbul, beberapa oknum kemudian mengarahkannya ke masalah agama. Konflik besar pun terjadi.

“Awal konflik itu masih berkisar ke anak muda. Satu minggu kemudian berubah dari anak muda ke ras BBM (komunitas Bugis Makassar) menjadi agama. Setelah masing-masing berpihak kepada agama masing-masing. Kenapa agama itu mudah, karena kalau orang berperang karena agama, itu tidak ada yang netral,” ucapnya.

Saat konflik yang diisukan karena agama terjadi, beberapa pihak kemudian memberi doktrin, membunuh saat perang agama imbalannya masuk surga.

“Karena itulah timbul konflik yang besar karena surga. Timbul-lah konflik yang tidak bisa berakhir karena tidak ada yang netral,” tuturnya.

“Demokrasi awalnya di Indonesia itu korbannya ribuan karena the winner take off, sehingga timbul masalah agama, itu karena semua orang membunuh dan dibunuh dia senang,” imbuhnya.

JK pun mengingatkan konflik yang terjadi dipicu oleh masalah politik dan ekonomi, yang kemudian diarahkan ke konflik agama.

“Inilah yang menjadi pemicu bagaimana cepat konflik itu kalau disebabkan masalah agama yang sebenarnya bukan masalah agama,” tuturnya. (det.c/Kris)