BPBD: Ada 1.000 Kebakaran di DKI hingga September, 90% Akibat Korsleting

Jam : 13:44 | oleh -155 Dilihat
ilustrasi damkar
ilustrasi damkar

Jakarta, ToeNTAS.com,- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan 90 persen kebakaran yang terjadi di wilayah Ibu Kota disebabkan arus pendek listrik (korsleting). Hingga September ini, tercatat ada 1.000 kejadian kebakaran di Jakarta.

“Yang pasti 90 persen karena ‘korsleting’ (hubungan arus pendek) listrik,” kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji dalam giat pemantauan instalasi listrik di Kelurahan Cengkareng Timur, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis.

Isnawa menyebutkan, dari Januari hingga September 2023 telah terjadi sekitar 1.000 kebakaran di wilayah DKI Jakarta. Tetapi pihaknya hanya menerima sekitar 400 laporan kebakaran.

“Dari Januari sampai dengan September (2023) saja, kalau data pemadam kebakaran itu di angka hampir seribu (kebakaran). Kalau di data BPBD 400 (laporan diterima),” ujar Isnawa.

Perbedaan data tersebut, kata Isnawa, karena pihaknya tidak mendata kebakaran kecil yang juga diakibatkan oleh korsleting. Selain itu, pihaknya juga fokus mendata kebakaran yang mengakibatkan korban pengungsi yang membutuhkan bantuan lanjutan.

“Kalau perbedaan data, mungkin kalau ada ‘korsleting’ sedikit (kebakaran kecil) di damkar sudah masuk angka satu. Kalau di kami kalau belum kejadian mungkin belum kita data, termasuk juga kalau BPBD kan berdasarkan ada data pengungsian, korban pengungsi,” kata Isnawa.

Pihaknya sedang memantau dan memeriksa instalasi listrik di 10 kelurahan dengan intensitas kebakaran paling tinggi di DKI Jakarta selama tahun 2020-2023. Salah satunya di Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat (Jakbar).

Isnawa menjelaskan ilustrasi kebakaran akibat instalasi listrik, khususnya kabel yang sudah tua.

“Bangunan atau rumah di Jakarta itu banyak yang dibangun tahun ’70-80, menggunakan mungkin kabel-kabel listrik di tahun itu, yang mungkin bebannya juga tidak sebesar untuk penggunaan listrik sekarang,” kata Isnawa.

Pada tahun tersebut, kata Isnawa, kemungkinan rumah hanya berisi televisi (TV), setrika, dan lampu sederhana. Namun, saat ini, perangkat elektronik yang dimiliki masyarakat lebih banyak jenisnya.

“Semua ada. Laptop, handphone-nya tiga, kipas angin, kulkas, TV, pengering rambut dan lain-lain,” katanya.

Menurutnya, jika semua perangkat elektronik itu digunakan bersamaan, berpotensi terjadi penggunaan intensitas listrik yang melebihi ketentuan. Isnawa juga mengaku menemukan penggunaan kabel-kabel kecil hingga jenis kabel serat saat meninjau lokasi kebakaran.

“Serabut-serabut gitu yang mungkin juga sudah tua. Saya yakin itu kalau ‘korsleting’ pasti akan menyebabkan kebakaran,” kata Isnawa.

Selain itu, kata dia, kebakaran juga bisa disebabkan pembakaran rokok, sampah, hingga lupa mematikan kompor atau penggunaan tabung gas yang salah.

Saat melakukan peninjauan instalasi listrik di Cengkareng Timur, BPBD DKI mengerahkan 120 personel gabungan yang dibagi ke dalam empat tim. Dia mengatakan jika ditemukan instalasi yang tidak sesuai, sanksi ataupun tindak lanjut akan diserahkan ke pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Namun, Isnawa belum menyebutkan sembilan kelurahan lain yang akan dipantau instalasi listriknya. Dia menargetkan peninjauan selesai akhir Oktober nanti.

“Kita juga ada, misalnya, Pulo Gebang di Jakarta Timur, kemudian kita mungkin menyasar daerah-daerah yang lain yang sudah kita data, nanti saya sampaikan datanya,” kata Isnawa.
Ia meminta pihak kelurahan, kecamatan hingga pemerintah kota agar membentuk satuan tugas khusus untuk meminimalkan potensi kebakaran.

“Tetapi setelah kita melakukan ini, tentunya saya harapkan nanti teman-teman para wali kota, camat, lurah bisa berinisiasi mengadakan program mandiri untuk memantau kelurahan masing-masing agar kita bisa menekan kebakaran di Jakarta,” kata Isnawa.

Tanggapan PLN
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, Doddy B Pangaribuan, telah berpesan kepada masyarakat agar memperhatikan keamanan instalasi dan peralatan listrik di rumah untuk mengoptimalkan manfaat listrik, sekaligus mencegah insiden kebakaran.

“Listrik ini banyak manfaatnya, jadi mari digunakan dengan sebaik-baiknya agar kita aman dan nyaman,” kata Doddy dalam keterangan tertulis dikutip, Selasa (19/9).

Doddy menjelaskan, batas kewenangan PLN untuk penyediaan listrik sampai perawatan, yaitu mulai dari pembangkit hingga perangkat kWh meter. Sedangkan dari alat kWh meter ke dalam rumah merupakan wewenang masyarakat atau pengguna sehingga diperlukan ketelitian untuk merawatnya.

Untuk mencegah kebakaran, Doddy mengingatkan masyarakat agar tidak menumpuk banyak steker pada satu stop kontak karena bisa menimbulkan panas sebagai pemicu kebakaran

“Cabut peralatan listrik yang sudah tidak terpakai,” kata dia. (d.c/Karen)