Jakarta, ToeNTAS.com,- Penangkapan mantan Bendahara Umum (Bendum) Partai Demokrat M Nazaruddin rupanya menjadi awal pertemuan Brigjen Aris Budiman dengan Novel Baswedan. Saat itu Aris masih bertugas di Mabes Polri, sedangkan Novel telah bertugas di KPK.
Aris yang kini menjabat sebagai Direktur Penyidikan (Dirdik) KPK menceritakan awal pertemuannya dengan Novel tersebut. Saat itu, Aris menjabat sebagai Kasubdit Pajak dan Asuransi di Mabes Polri.
“Pada saat itu saya di Pak Ahmad Wiyagus Wadir Tipikor terus ada Nazaruddin. Pak Wiyagus ini waktu penelitian S2 dan saya S3, kita sama-sama terus di Bangka, dia kenal saya, saya kenal beliau,” kata Aris ketika ditemui detikcom di Jakarta, Kamis (14/9/2017).
Rupanya, Ahmad Wiyagus berperan mengajak Aris bergabung dalam tim dari Mabes Polri untuk menangkap Nazaruddin. Dari situlah, Aris ikut terbang ke Cartagena, Kolombia, pada 2011 untuk menangkap Nazaruddin.
“Di situ rupanya ada tim mencari Nazaruddin, waktu itu ditawarin dia (Ahmad Wiyagus) sampain ke saya bang mau nggak kalau ditugasin suatu saat ada tugas. Saya bilang siap saja kalau dinas. Tapi beliau tidak kasih tahu tugasnya apa, saya bilang selalu siap,” cerita Aris.
Saat itu, menurut Aris, tim dari Polri dipimpin Anas Yusuf yang saat itu jenderal bintang satu. Kini Anas menjabat sebagai Analis Kebijakan Utama di Bidang Pembinaan Pendidikan dan Latihan Lemdiklat Polri, setelah sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Akademi Kepolisian (Akpol).
“Saya berangkat waktu itu perintahnya cuma bisa tahu Nazaruddin ada di sana. Kemudian kita berangkat itu operasi silent sekali jadi sedikit yang tahu,” ujar Aris.
Aris mengaku saat itu belum tahu sama sekali di mana keberadaan Nazaruddin. Menurutnya, hanya Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dan Anas Yusuf saja yang mengantongi informasi itu.
“Banyak yang tidak ada yang tahu, saya diberitahu jangan siapapun ngomong ya bang. Kalau istri gimana? ya istri juga tidak boleh. Saya berangkat istri benar tidak tahu, saya cuma beritahu saya mau ke New York karena paspor ada visa Amerika. Dan memang transit saja ke Dominika,” ucap Aris.
Di Dominika, Amerika Selatan, kata Aris, tim menemukan data perjalanan Nazaruddin. Tim saat itu mengaku kesusahan mencari Nazaruddin karena kerapkali berganti paspor.
“Imigrasi di Kolumbia kita beritahu, lapor Mabes, baru kita tahu data ini, dari interpol kirim. Cari Nazaruddin akan susah karena dia ganti paspor, data kita kirim dan ditangkap dia di Bogota sana,” kata Aris.
Setelah itu, Aris menyebut Novel menyusul ke Kolombia. Saat itulah pertama kalinya Aris dan Novel bertemu.
“Di situ ketemu pertama kali Novel. Dia menyusul dari Jakarta. Biasa saja, gimana bang. Ketemunya di Kantor Kedubes,” kata Aris.
Kini, Aris dan Novel terlibat perseteruan. Pangkalnya adalah e-mail yang dikirimkan Novel kepada pimpinan KPK dan tersebar hingga di luar KPK. Aris menganggap Novel mencemarkan nama baiknya dalam e-mail tersebut sehingga melaporkannya ke polisi. (det.c/ando)