Bertemu di Jakarta, Diplomat China Ajak Menlu AS Perbaiki Hubungan

Jam : 16:31 | oleh -141 Dilihat
Menlu AS Antony Blinken saat bertemu diplomat top China Wang Yi di Beijing bulan lalu
Menlu AS Antony Blinken saat bertemu diplomat top China Wang Yi di Beijing bulan lalu

China, ToeNTAS.com,- Diplomat top China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken bertemu dan menggelar pembicaraan di sela-sela menghadiri pertemuan ASEAN. Dalam pembicaraan itu, Wang menyerukan kepada AS untuk ‘bekerja dengan China’ demi meningkatkan hubungan kedua negara.

Seperti dilansir AFP, Jumat (14/7/2023), pembicaraan yang dilakukan Wang dan Blinken di Jakarta pada Kamis (13/7) waktu setempat itu menjadi interaksi terbaru dari serangkaian interaksi tingkat tinggi saat kedua negara berupaya meredakan ketegangan dalam isu perdagangan dan geopolitik.

“(AS) Perlu mengambil pendekatan yang rasional dan pragmatis, bekerja sama dengan China dalam arah yang sama,” tutur Wang kepada Blinken, seperti diungkapkan oleh Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan yang dirilis Jumat (14/7) waktu setempat.

Itu menjadi pertemuan kedua antara Wang dan Blinken dalam waktu kurang dari sebulan terakhir. Bulan lalu, keduanya bertemu saat Blinken melakukan kunjungan resmi ke Beijing, yang menjadi kunjungan pertama oleh seorang Menlu AS dalam lima tahun terakhir.

Dalam pertemuan terbaru di Jakarta, Blinken disebut mengemukakan kekhawatiran soal dugaan ancaman keamanan siber China setelah pihak Microsoft menyebut para peretas yang didukung negara China telah membobol akun email lembaga-lembaga pemerintah AS.

Sementara Wang, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri China, menyerukan Washington untuk berhenti ‘mencampuri’ urusan Beijing.

“Wang menggarisbawahi posisi serius China dalam masalah Taiwan dan mendesak AS untuk menghindari campur tangan sembarangan dalam urusan dalam negeri China,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri China.

Tidak hanya itu, Wang juga menyerukan kepada AS untuk ‘berhenti menekan China dalam perekonomian, perdagangan, sains dan teknologi, serta mencabut sanksi-sanksi ilegal dan tidak beralasan terhadap China’.

Ketegangan antara AS dan China melonjak dalam beberapa tahun terakhir terkait beberapa isu, termasuk perdagangan, dukungan militer Washington untuk Taiwan, semakin meningkatnya ketegasan Beijing di Laut China Selatan dan hubungannya yang nyaman dengan Rusia.

China diketahui memandang Taiwan, yang memiliki pemerintahan demokratis sendiri, sebagai bagian dari wilayahnya.

Baru-baru ini, Washington membatasi ekspor semikonduktor canggih ke China dan Beijing membalas dengan membatasi ekspor galium juga germanium — dua logam yang banyak digunakan untuk membuat semikonduktor dan kendaraan listrik.

Kementerian Luar Negeri China, dalam pernyataannya, menambahkan bahwa pembicaraan kedua diplomat top itu tidak mengarah pada terobosan apa pun, namun berlangsung ‘terus terang, pragmatis dan konstruktif’. Disebutkan juga bahwa kedua negara ‘sepakat untuk menjaga komunikasi’. (Rudi)